Rabu, 01 Juli 2015

Bacaan Injil dan Renungan: Matius 9:1-8. Kamis, 2 Juli 2015

Mat 9:1 Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri.
Mat 9:2Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni."
Mat 9:3Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah."
Mat 9:4Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?
Mat 9:5Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?
Mat 9:6Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" ?lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu?:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
Mat 9:7Dan orang itupun bangun lalu pulang.
Mat 9:8Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.


RENUNGAN
Dalam membangun relasi dengan sesama, salah satu batu sandungan yang berpotensi menimbulkan keretakan dalam relasi itu adalah berpikir negatif tentang orang lain. Kadang pula sebagian orang beranggapan bahwa sumber dari penyakit untuk diri sendiri adalah dari pikiran yang negatif. Berpikir negatif itu biasanya muncul dari perasaan iri, dengki, benci dan tidak puas dengan apa yang dimiliki. Pikiran negatif itu biasanya mengakibatkan : ketakutan, kekhawatiran, pesimisme, ketidakyakinan, keresahan, ketidakpercayadirian, dll. Berpikir negatif terhadap sesuatu akan menguras energi dalam diri dan malah menghasilkan ketidakberhasilan dalam suatu pencapaian dan merusak hubungan atau relasi dengan sesama.
Injil yang direnungkan pada hari ini menampilkan sisi lain dari beberapa orang ahli taurat. Mereka cenderung berpikir negatif tentang Yesus. Ketika orang lumpuh disembuhkan, para ahli taurat ini malah memiliki keyakinan bahwa Yesus menghujat Allah. Ketika Yesus melakukan kebaikan dan belas kasih, itu dilihat oleh para ahli taurat sebagai upaya untuk merongrong kekuasaan Allah. Apakah kebaikan itu bertentangan dengan Allah yang merupakan sumber kebaikan itu sendiri? Disinilah letak kecenderungan berpikir negatif yang dimiliki para ahli taurat. Menurut Yesus cara berpikir demikian termasuk dalam kategori kejahatan. "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Para ahli taurat lebih mudah untuk menemukan apa yang menurut mereka salah ketimbang menemukan hal-hal yang baik. Hal ini terjadi karena pikiran negatif itu sendiri.

Melalui Kisah Injil ini, Yesus mengajak kita untuk senantiasa melihat sisi positif dalam setiap peristiwa hidup, dalam setiap relasi, dalam setiap perjumpaan dalam hari-hari hidup kita. Untuk mampu melihat sisi positif itu maka kita perlu membiasakan diri untuk berpikir positif. Pikiran yang sehat tentu akan sangat berguna bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Dengan berpikir postif, kita telah menjadi saluran rahmat dan berkat bagi sesama kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar