Kamis, 16 Juli 2015

Bacaan Injil dan Renungan: Matius, 12:1-8, Jumat, 17 Juli 2015


Mat 12:1
Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.
Mat 12:2
Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."
Mat 12:3
Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,
Mat 12:4
bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?
Mat 12:5
Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?
Mat 12:6
Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah.
Mat 12:7
Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.
Mat 12:8
Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."

KASIH DAN KEBAIKAN ADALAH SEGALANYA

Kadang ada komentar yang muncul, hukum itu ibarat pisau, tumpul ke atas tapi tajam ke bawah. Komentar-komentar ini muncul dari keprihatinan akibat dari keberpihakan hukum itu sendiri. Hukum yang seharusnya tegas dan tepat malah kadang loyo seakan tidak memiliki kekuatan ketika berhadapan dengan pihak-pihak tertentu. Mengapa demikian? Karena hukum kadang lebih didasarkan pada kepentingan dan bukan karena hukum itu sendiri.
Situasi yang hampir sama dilakukan oleh orang-orang farisi, seakan-akan berpegang teguh pada hukum tapi sebenarnya lebih didasarkan pada kemunafikan. Ini yang dikritik oleh Yesus dalam bacaan Injil yang kita renungkan bersama pada hari ini. Yang ditekankan oleh Yesus di sini adalah bahwa segala perbuatan yang perlu dan tindakan belas kasihan itu diperbolehkan pada hari Sabat. Dan ini bertentangan dengan orang-orang Yahudi yang dalam banyak hal diajar untuk tidak melakukannya. Penjelasan Kristus yang sangat teliti terhadap perintah keempat ini menunjukkan bahwa perintah tersebut merupakan ibadah agama yang wajib dilaksanakan terus satu hari dari tujuh hari, sebagai hari Sabat yang kudus.
Kristus, dengan membenarkan murid-murid-Nya memetik bulir gandum pada hari Sabat, menunjukkan bahwa perbuatan yang boleh dilakukan pada hari itu. Apa yang dilakukan oleh para murid itu, mereka sedang mengikuti Guru mereka pada suatu hari Sabat berjalan di sepanjang ladang gandum. Ketika sudah berada di ladang gandum, mereka mulai memetik bulir gandum. Perintah Allah memperbolehkan perbuatan ini, untuk mengajar orang agar mereka mau berbagi dengan sesama dan agar mereka jangan bersikeras mempertahankan milik mereka untuk suatu urusan yang sepele saja, yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Bulir gandum ini hanyalah secuil bekal yang tersedia bagi Kristus dan murid-murid-Nya, tetapi itulah yang terbaik yang mereka punya, dan mereka puas dengannya. Pelanggaran apa yang murid-murid lakukan menurut pandangan orang-orang Farisi. Bulir gandum hanyalah sarapan kering, namun orang-orang Farisi tidak mau membiarkan mereka memakannya dengan tenang. Orang-orang Farisi tidak bertengkar dengan mereka karena mereka mengambil gandum milik orang lain (orang Farisi bukanlah pejuang-pejuang keadilan yang gigih). Orang-orang Farisi bertengkar dengan mereka karena mereka melakukannyapada hari Sabat, sebab memetik dan membersihkan bulir gandum dari tangkainya pada hari itu dengan jelas dilarang oleh tradisi nenek moyang mereka, karena perbuatan ini dianggap sebagai semacam kegiatan menuai. Bukanlah hal baru lagi jika perbuatan-perbuatan Kristus dan para murid-Nya yang paling tidak membahayakan dan tidak bersalah sekalipun dicap sebagai jahat dan dipandang haram. Terutama oleh mereka yang bersemangat untuk melakukan segala temuan dan peraturan yang mereka ciptakan sendiri. Orang-orang Farisi mengeluhkan mereka kepada Guru mereka karena mereka telah berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan menurut hukum mereka. Apa jawaban Kristus terhadap celaan orang-orang Farisi ini? Murid-murid tidak bisa berkata-kata banyak untuk membela diri mereka sendiri, terutama karena orang-orang yang berselisih dengan mereka tampaknya menjalankan perintah untuk menguduskan hari Sabat dengan demikian ketat, sehingga lebih aman untuk mengaku salah saja. Namun Kristus datang untuk membebaskan para pengikut-Nya, bukan hanya dari kebusukan-kebusukan orang Farisi, tetapi juga dari segala kewajiban yang tidak alkitabiah. Oleh karena itu, Ia mempunyai sesuatu untuk dikatakan bagi mereka dan Ia membenarkan apa yang mereka lakukan, meskipun perbuatan mereka itu merupakan suatu pelanggaran terhadap ketetapan hukum.
Ia membenarkan mereka dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa masa lalu, yang dipandang baik oleh orang-orang Farisi itu sendiri. Ia memberikan bukti mengenai sebuah contoh sehari-hari dari para imam, yang juga bisa mereka baca dalam kitab Taurat, dan yang menurut kitab Taurat biasa dilakukan oleh para imam secara terus-menerus. Imam-imam di dalam Bait Allah banyak melakukan pekerjaan yang hina pada hari Sabat, seperti menyembelih, menguliti, dan membakar binatang-binatang persembahan, yang jika dilakukan orang biasa akan dianggap menajiskan hari Sabat. Namun hal ini tidak pernah dianggap sebagai suatu pelanggaran terhadap perintah keempat, karena ibadah dalam rumah ibadat mengharuskan dan membenarkannya. Ia membenarkan tindakan murid-murid-Nya dengan mengajukan tiga alasan yang kukuh. Yang pertama, Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika ibadah dalam bait Allah membenarkan apa yang dilakukan para imam dalam melayani, maka ibadah terhadap Kristus akan terlebih lagi membenarkan murid-murid dalam apa yang mereka lakukan dalam mengikuti-Nya. Orang-orang Yahudi sangat memuja Bait Allah: tempat itu menguduskan emas di dalamnya. Tetapi Kristus, walaupun berada di ladang gandum, melebihi bait Allah, karena di dalam Dia hadirat Allah itu tidak diam secara kiasan, tetapi seluruh kepenuhan ke-Allahan secara jasmaniah. 
Yang Kedua, Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan. Kewajiban-kewajiban upacara harus mengalah terhadap hukum moral, hukum alam, dan hukum kerajaan yang berlandaskan kasih. Juga, perlindungan diri harus lebih diutamakan daripada pelaksanaan ibadah-ibadah ritual. Yang Ketiga, Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat . Kristus di sini menetapkan bahwa perbuatan-perbuatan yang diperlukan, yang memang benar-benar diperlukan dan tidak dibuat-buat, boleh dilakukan pada hari Sabat. Penjelasan terhadap hukum ini dengan jelas menunjukkan bahwa hal ini berlaku untuk selamanya. Exceptio firmat regulam -- pengecualian membenarkan peraturan. Dari sini, Kristus menyimpulkan suatu kebenaran, yang tampak sangat masuk akal dan sangat baik sifatnya bahkan pada waktu pertama kali kita mendengarnya, yaitu bahwa berbuat baik pada hari Sabat itu boleh.
Inti dari segalanya adalah kasih dan kebaikan. Hukum hanya akan berarti bila diarahkan untuk kebaikan bersama bukan untuk kebaikan segelintir orang. Kasih adalah hukum yang universal yang membebaskan. Dalam Kasih dan kebaikan, Hukum Tuhan sungguh ditegakkan. Mari kita landaskan segala perbuatan kita semata-mata karena kasih dan kebaikan dan bukan karena yang lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar