Selasa, 21 Juli 2015

Bacaan Injil dan Renungan, Pesta Santa Maria Magdalena, Yohanes 20:1-18, Rabu, 22 Juli 2015

Yoh 20:1
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.

Yoh 20:11
Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu,
Yoh 20:12
dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.
Yoh 20:13
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan."
Yoh 20:14
Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
Yoh 20:15
Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya."
Yoh 20:16
Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru.
Yoh 20:17
Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."
Yoh 20:18
Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

IBU, MENGAPA ENGKAU MENANGIS?

Saya mengawali renungan hari ini dengan puisi tentang IBU karya Kahlil Gibran, pujangga asal Lebanon.
IBU
Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.  Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita di kala lara, impian kita dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan kedamaian.

Hari ini kita merayakan Pesta Santa Maria Magdalena, sosok yang begitu akrab dengan kisah kebangkitan Tuhan. Maria Magdalena adalah sosok pertama yang menjadi saksi kebangkitan Tuhan. Maka bolehlah kita katakan bahwa wanita adalah saksi pertama kebangkitan Tuhan. Yesus menyapa Maria Magdalena dengan kata Ibu. Sebuah sapaan yang begitu dalam arti dan maknanya. Mengapa ia disapa sebagai Ibu? karena  keteguhan dan kesungguhan kasih sayang Maria Magdalena terhadap Tuhan Yesus, Ia tetap tinggal di kubur, setelah Petrus dan Yohanes pergi, karena di sanalah Tuannya terbaring. Kesetiaannya inilah yang membuatnya layak untuk disapa sebagai ibu. Di mana ada kasih yang sejati terhadap Kristus, di situ ada kesetiaan yang teguh kepada-Nya, dan tekad hati yang bulat untuk terus melekat kepada-Nya. Perempuan yang baik ini, meskipun telah kehilangan Kristus, namun, daripada disangka meninggalkan Dia, ingin tetap tinggal di samping kubur-Nya demi Dia, dan terus berada di dalam kasih-Nya sekalipun ia telah kehilangan penghiburan dari kasih-Nya itu. Di mana ada keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengenal Kristus, di situ akan ada penggunaan sarana pengetahuan secara terus-menerus pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita. Dan kita akan mengetahui arti kebangkitan itu, jika kita tetap ingin mengetahuinya, seperti yang diperbuat Maria di sini.
Ia tinggal di sana sambil menangis, dan air mata ini berbicara dengan lantang akan kasih sayangnya terhadap Tuannya. Orang-orang yang telah kehilangan Kristus mempunyai alasan untuk menangis. Ia menangis bila mengingat penderitaan-penderitaan-Nya yang begitu pahit. Ia menangis untuk kematian-Nya, dan untuk kehilangan yang diderita olehnya, oleh teman-temannya, dan oleh bangsanya karena kematian-Nya itu. Ia menangis bila membayangkan ia harus pulang tanpa-Nya, menangis karena sekarang ia tidak mendapati mayat-Nya. Orang-orang yang mencari Kristus harus mencari-Nya dengan cemas, harus menangis, bukan untuk Dia melainkan untuk diri mereka sendiri.
Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, agar matanya dapat mempengaruhi hatinya. Ketika kita sedang mencari sesuatu yang hilang, kita terus-menerus melihat kembali ke tempat kita terakhir kali meninggalkan sesuatu yang hilang itu, dan berharap akan menemukannya di sana. Ia akan mencari sebanyak tujuh kali, tanpa mau tahu kecuali bahwa pada akhirnya dia boleh mendapatkan sedikit banyak pengharapan. Kita belajar bahwa tangisan tidak boleh menghalang-halangi pencarian. Meskipun ia menangis, ia menjenguk ke dalam kubur karena orang-orang akan menemukan apa yang mereka cari adalah mereka yang mencari dengan tulus, yang mencari dengan cucuran air mata.
Ibu, mengapa engkau menangis sedangkan engkau mempunyai alasan untuk bersukacita?" Kebanyakan banjir air mata kita akanmengering apabila kita melakukan penyelidikan seperti ini, yaitu mencari tahu apa yang menjadi sumbernya. Mengapa engkau tertekan?
Pertanyaan itu dirancang untuk menunjukkan betapa besarnya kepedulian para malaikat terhadap dukacita orang-orang kudus, karena malaikat-malaikat itu ditugasi untuk memberikan penghiburan kepada mereka. Pertanyaan itu hanya sebagai kesempatan untuk memberi tahu dia apa yang akan mengubah ratapannya menjadi nyanyian, yang akan membuka kain kabungnya, dan mengikat pinggangnya dengan sukacita.
Orang-orang yang memiliki kasih sayang sejati terhadap Kristus pasti merasakan penderitaan yang sangat besar apabila mereka kehilangan tanda-tanda penghiburan dari kasih-Nya di dalam jiwa mereka. Pencarian Maria Magdalena tidak terganggu oleh penglihatan yang mengejutkan itu, dan juga tidak merasa puas dengan kehormatan yang diperolehnya dengan penglihatan itu. Sebaliknya, tetap saja dia mengalunkan lagu yang sama: "Tuhanku telah diambil orang." Penglihatan akan para malaikat dan senyuman mereka tidak akan cukup tanpa penglihatan akan Kristus dan senyuman Allah di dalam Dia. Bahkan, penglihatan akan para malaikat itu justru lebih membuat dia terus bertanya-tanya tentang Kristus. Semua makhluk, bahkan yang paling istimewa dan yang paling kita sayangi pun, harus dipakai sebagai sarana, tetapi hanya sebagai sarana, untuk membuat kita lebih mengenal Allah di dalam Kristus. Para malaikat bertanya kepadanya, "Mengapa engkau menangis?""Aku mempunyai cukup alasan untuk menangis," katanya, "karena Tuhanku telah diambil orang, Siapa yang akan memulihkan semangat yang patahseperti ini?
Penampakan Kristus kepadanya ketika dia sedang berbicara dengan malaikat-malaikat itu, dan sedang memberitahukan kepada mereka permasalahannya. Sebelum mereka memberinya jawaban, Kristus sendiri turun tangan, untuk memuaskan pencariannya. Tidak ada yang lain kecuali Dia sendiri yang dapat membimbing kita kepada-Nya. Maria dengan senang hati ingin mengetahui di mana Tuannya, dan lihatlah, Tuhan berada di sebelah kanannya.
Ibu, mengapa engkau menangis? DIA selalu ada di samping kananmu!




2 komentar:

  1. Dalam doaku ini ya Tuhan, hambamu hany mengharapkan agar Ibu menerima seluruh berkah dan rahmatmu.

    Berikanlah ia kesehatan ya Tuhan, agar ia bisa terus tersenyum menikmati hidup

    Berikanlah ia keselamatanMu ya Tuhan, agar ia senantiasa selamat

    Berikanlah ia keberuntungan dalam hidup ini ya Tuhan, agar ia bisa menjalani hidup ini dengan senang

    Berikanlah ia kekuatan ya Tuhan, agar ia tetap tegar menghadapi s’gala cobaan

    Berikanlah ia kebahagiaan ya Tuhan, agar ia merasakan arti kehidupan ini

    Berikanlah ia kesabaran ya Tuhan, agar dapat bertahan menghadapi emosi ya Tuhan

    Berikanlah ia pengharapan ya Tuhan, agar ia bisa tak berhenti menggapai yang ia mau

    Berikanlah ia kemudahan ya Tuhan, agar ia dapat meraih sesuatu tnpa kesusahan

    Ya Tuhan, jangan Engkau jauhkan Ibu dari hidupku ini ya Tuhan.

    HambaMu ini tak sanggup berpisah dengan Ibu yang aku sayangi ini ya Tuhan.

    Tanpanya hidupku ini tak terasa apa-apa lagi, serasa tak berarti.

    Jangan renggut Ibu, tetapi selamatkanlah Ibu ya Tuhan.

    Doa hambaMu ini dengan tulus dari hati yang terdalam walau tak bisa diungkap seccara langsung pada Ibu ya Tuhan.

    Semoga Ibu mengerti betapa pedulinya aku, betapa aku menyayanginya juga ya Tuhan.

    Kabulkanlah doaku kali ini ya Tuhan, doa kecil yang tak berarti dibanding s’gala jasanya didunia ini ya Tuhan.

    AMIINN………………………….

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus