Senin, 06 Juli 2015

Bacaan Injil dan Renungan: Matius 9:32-38; Selasa, 7 Juli 2015

Mat 9:32
Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.
Mat 9:33
Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel."
Mat 9:34
Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan."
Mat 9:35
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Mat 9:36
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Mat 9:37
Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
Mat 9:38
Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."


RENUNGAN

Penginjil Matius dalam warta sabdanya yang kita renungkan bersama pada hari ini mengisahkan pengalaman emosional Yesus ketika memandang orang banyak.  Matius mencatat bahwa Yesus melihat orang-orang itu “lelah dan terlantar seperti domba yang tidak mempunyai gembala.” Sebelumnya, ia mengajar dalam rumah ibadat. Yesus merasakan kehausan orang-orang akan Injil atau “Kabar Baik”. Tidak ada yang pernah memberitahu orang-orang itu kabar baik tentang Allah yang rindu untuk mendekati umatNya dan menjalin hubungan penuh kasih tanpa jarak dengan umatNya. Yesus juga menyembuhkan orang-orang sakit dan lemah. Ia merasakan kebutuhan orang-orang ini, penderitaan mereka. Pada titik ini ungkapan “domba yang tidak mempunyai gembala” itu menggambarkan suatu keadaan yang tersesat, tidak terpelihara, dan rentan terhadap pemangsa. Yesus melihatnya. Matius mencatat bahwa Yesus “tergerak hati oleh belas kasihan”, “compassion”, atau “perasaan menderita bersama” yang diartikan bahwa emosi yang dialami Yesus tersebut adalah emosi yang sebenarnya dialami oleh orang-orang banyak itu, seperti kebingungan, kesedihan, kehausan, keputusasaan, kelelahan, ketakutan, tetapi dibalut dalam kasih sayang dan keinginan untuk memperbaiki keadaan. Emosi ini tampaknya begitu dalam sehingga membuatnya tidak tahan untuk tidak menempatkan diri secara fisik di tengah-tengah orang tersebut dan mulai melakukan sesuatu demi membebaskan mereka dari penderitaan.

Melalui kisah ini, melalui pengalaman ini, Yesus pun mengajak kita untuk memiliki compassion, perasaan menderita bersama, empati bersama sesama kita. Dan untuk bisa sampai perasaan-perasaan ini maka tentunya kita perlu mampu untuk mengalahkan ego kita, meninggalkan kepentingan kita sendiri dan melihat orang lain sebagai Wajah Allah yang tersamar. Compassion, perasaan menderita bersama, empati ada show didalamnya, berbuat demikian hanya supaya dilihat dan dipuji orang tetapi sungguh keluar dari sebuah ketulusan hati. Dengan ini kita telah menjalani tugas kemuridan kita. Jangan pernah jemu untuk berbuat baik! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar