Jumat, 24 Juli 2015

Bacaan Injil Dan Renungan: Pesta Yakobus Rasul: Matius 20:20-28, Sabtu, 25 Juli 2015

Mat 20:20
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.
Mat 20:21
Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
Mat 20:22
Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat."
Mat 20:23
Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."
Mat 20:24
Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
Mat 20:25
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Mat 20:26
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
Mat 20:27
dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
Mat 20:28
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

MELAYANI BUKAN MELAYANG-LAYANG
Sering kita membaca atau mendengar berbagai slogan yang mengatasnamakan sebuah pelayanan: melayani dengan hati, melayani dengan sungguh, melayani rakyat dan seterusnya. Slogan-slogan ini sering dijadikan sebagai amunisi untuk merebut hati orang. Selanjutnya dalam prakteknya yang terjadi justru sebaliknya. Minta dilayani dengan hati, minta dilayani dengan sungguh dan seterusnya. Slogan melayani kemudian berubah menjadi layang-layang yang seakan tidak menyentuh tanah dan minta untuk dilayani. Mengapa demikian? karena yang dikejar adalah pemenuhan ambisi akan kekuasaan atau kedudukan yang tinggi dan bukan sebaliknya.
Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Kalimat yang diucapkan oleh Yesus ini kiranya menjadi rujukan untuk setiap kita. Di sini Yesus menempatkan diri-Nya di hadapan murid-murid-Nya sebagai contoh mengenai kerendahan hati dan menjadi berguna bagi orang lain, bukan sekedar kata-kata atau slogan belaka tetapi sungguh dilakukan-Nya. Yesus memberi contoh mengenai kerendahan hati dan tindakan merendahkan diri seperti yang tampak dalam kehidupan Kristus, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Waktu Anak Allah datang ke dunia, sebagai Utusan Allah bagi anak-anak manusia, orang akan berpikir bahwa seharusnya Dialah yang harus dilayani, bahwa Ia seharusnya tampil sesuai dengan sosok dan sifat-Nya. Namun, ternyata tidak demikian halnya. Ia tidak tampil sebagai siapa-siapa, tidak memiliki pengiring berpenampilan megah untuk melayani-Nya, dan tidak mengenakan jubah-jubah kehormatan, sebab Ia mengambil rupa seorang hamba. Ia menjadikan diri-Nya pelayan bagi orang-orang sakit, dan siap melayani permintaan mereka, bagaikan pelayan yang siap di belakang untuk menunggu perintah atasannya, dan Ia rela bersusah payah untuk itu. Hal ini dilakukan-Nya terus-menerus tanpa peduli dengan waktu makan dan istirahat.
Ia meberi teladan tentang perbuatan baik yang dilakukan bagi orang lain seperti yang tampak melalui kematian Kristus, yang memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Ia hidup sebagai seorang Pelayan dan pergi ke mana-mana untuk berbuat baik, tetapi Ia mati sebagai korban tebusan. Dalam hal inilah Ia telah melakukan perbuatan baik teragung yang pernah ada. Ia sengaja datang ke dunia untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan. Ini adalah tujuan utama-Nya. Pemerintah bangsa-bangsa lain bercita-cita tinggi sampai mau mengorbankan nyawa banyak orang demi kehormatan mereka, dan mungkin juga demi menyukakan hati mereka. Kristus tidak berbuat seperti itu. Darah umat-Nya sangat berharga bagi-Nya, dan Ia tidak akan memboroskannya. Sebaliknya, Ia mengorbankan kehormatan dan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi umat-Nya.

Inilah teladan kerendahan hati yang telah ditunjukkan oleh Yesus bagi kita. Tanpa kerendahan hati maka sebuah pelayanan hanya akan sebatas sebuah slogan belaka. Rendah hati adalah kunci dari sebuah pelayanan. Mari kita senantiasa belajar untuk menjadi pribadi yang rendah hati, tidak usah muluk-muluk untuk hal-hal yang besar tetapi kita memulainya dalam hal-hal yang kecil dan sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar