Senin, 31 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: LUKAS 4:31-37, SELASA 1 SEPTEMBER 2015

Luk 4:31
Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat.
Luk 4:32
Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.
Luk 4:33
Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras:
Luk 4:34
"Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."
Luk 4:35
Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.
Luk 4:36
Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar."
Luk 4:37
Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.

Sering kita mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa Tuhan ada di mana-mana tetapi pada kesempatan ini saya ingin menambahkan pula bahwa setan pun ada di mana-mana. Dalam bacaan injil yang akan kita renungkan bersama ini mengisahkan tentang Yesus yang mengajar dalam bai Allah. Tidak hanya banyak orang yang dating dan mendengarkan pengajaran Yesus tapi juga ada di dalamnya setan yang turut hadir pula. Setan menyusup melalui diri manusia. Setan yang menyamar ini kemudian dihardik oleh Yesus. Dikisahkan dalam injil tadi bahwa semua orang yang mendengar-Nya menjadi kagum karena perkataan Yesus yang berkuasa. Kuasa perkataan Yesus bukan hanya dalam pengajaran yang benar dan berwibawa, tetapi juga ada dalam tindakan terhadap kuasa-kuasa gelap.
Yang menarik adalah bahwa, setan turut hadir pula. Setan ibarat tamu tak diundang yang menyelinap masuk.  Bahkan roh jahat itu mengenali Yesus sebagai yang kudus dari Allah. Roh jahat yang menyelinap masuk ini tidak berdaya di hadapan Yesus. Pada titik ini yang ingin digarisbawahi adalah setan yang menyelinap kadang luput dalam perhatian karena ia bisa juga hadir dalam tempat-tempat yang suci dan sacral sekalipun. Bahkan setan pun bisa mengungkapkan jati diri Yesus. Inilah tipu daya setan yang mencoba untuk menguasai manusia.
Tuhan ada di mana-mana, setan pun ada di mana-mana. Kata bung napi, waspadalah! Bagaimana caranya agar kita mampu mengenali setan yang menyama? Dekatlah dan akrablah dengan Yesus. Ia akan membantu sama seperti halnya orang yang kerasukan setan dalam Injil tadi, membantu untuk menghalau setan itu. Selain itu, kita perlu dilengkapi dengan mata iman yang terang, agar dengannya kita bisa melihat dan membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.


Sabtu, 22 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: YOHANES 6:60-69. MINGGU BIASA KE XXI, MINGGU, 23 AGUSTUS 2015

Yoh 6:60Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"

Yoh 6:61Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

Yoh 6:62Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Yoh 6:63Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Yoh 6:64Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.

Yoh 6:65Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."

Yoh 6:66Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Yoh 6:67Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"

Yoh 6:68Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;

Yoh 6:69dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."

TUHAN KEPADA SIAPA KAMI AKAN PERGI? ONLY YOU JESUS!
Sepanjang minggu-minggu kemarin, kita disuguhkan pengajaran Yesus tentang roti hidup. Akan tetapi kisah ini berakhir dengan nada yang sedih dan murung. Penginjil Yohanes menutup kisah ini dengan menulis ”Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” Mereka mundur dan tidak lagi mau mengikut Yesus. Sebelumnya ke mana Yesus pergi, mereka selalu mengikutiNya, bahkan mencari Yesus sampai ketemu. Namun, agaknya sulit bagi mereka memahami kalimat-kalimat Yesus dan alasan terbesar ialah karena mereka merasa ditelanjangi  saat Yesus berkata perutlah alasan mereka mencari diri-Nya. Kemungkinan besar itulah yang membuat mereka kesal. Kalau cuma nggak ngerti, mereka bisa bertanya. Tetapi, hati kesal agaknya membuat mereka enggan bertanya lagi. Dan mundur adalah jalan yang mereka ambil. Namun, di tengah banyak murid yang mundur dan tidak mau mengikuti-Nya lagi, Yesus tidak berusaha menahan para murid yang masih setia.  Dia juga tidak membujuk mereka tetap tinggal. Sebaliknya, Yesus menantang mereka.  Yesus menghadapkan mereka pada pilihan: ikut Dia atau tidak. Apakah kamu tidak mau pergi juga?  Dalam kalimat tanya ini, Yesus menegaskan bahwa tak ada paksaan apa pun berkaitan dengan diri-Nya dan menganggap lumrah seandainya para murid tidak lagi mengikuti-Nya.  Yesus  seakan  memaklumi jika para murid itu pergi meninggalkan-Nya.
Apakah kamu tidak mau pergi juga?  Ada kata ”mau” yang diletakkan Guru dari Nazaret dalam kalimat ini.  Mengikut Yesus memang lebih berdasarkan kemauan ketimbang kemampuan intelektual seseorang.  Kemauanlah yang memampukan orang menjadi setia. Kemauanlah yang membuat para rasul untuk berdiri di samping Yesus dan menjanjikan kesetiaan mereka.
Dan itulah yang dinyatakan Petrus selaku wakil para murid.  Atas pertanyaan Yesus, Petrus menjawab dengan pertanyaan pula: ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?”  Di sini Petrus malah menantang Yesus untuk menjawab pertanyaannya: ”Siapakah yang lebih layak diikuti ketimbang Engkau, Sang Guru dari Nazaret?”
Kalimat tanya Petrus bukan tanpa alasan.  Petrus menegaskan: ”Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Dan karena itu, Petrus memilih untuk tetap setia, tetap untuk  menjadi murid Yesus! Petrus bersama murid lainnya tidak mau meninggalkan Yesus karena mereka telah percaya dan mencintai Dia. Bagi mereka Yesus lebih dari segalanya. Oleh karena itu, ketika Yesus menantang mereka untuk meninggalkan Dia, Petrus menjawab: kepada siapakah kami akan pergi? Mereka sudah melihat Yesus dengan hati. Karena itu, sekalipun mereka dikecam mereka tidak mau meninggalkan Dia, walau dicobai mereka akan tetap setia pada-Nya. Yesus adalah hidup mereka. Perkataan-Nya adalah perkataan hidup kekal.
Sekarang, Yesus bertanya kepada kita : “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Pertanyaan itu dialamatkan kepada kita karena Yesus sendiri melihat bahwa dalam masa kini ada pengikut-Nya yang semula setia sekarang sudah tidak setia lagi. Tadinya sangat menghormati kebenaran, sekarang mudah saja merelatifkan kebenaran. Sebelumnya, mau hidup mempertahankan iman, sekarang lebih baik meninggalkan iman daripada tidak punya pangkat dan jabatan atau tidak punya banyak uang.Selama ini aktif dalam kegiatan menolong sesama, terutama orang-orang miskin, sekarang ternyata lebih mudah menindas daripada menolong sesama.Dengan sikap itu ada orang pelan-pelan mulai menjauh dari Yesus, tidak mau lagi mendekatkan diri di mana Sabda Tuhan diwartakan. Orang-orang itu hanya melihat Yesus dalam  takaran apa yang bisa dilihat mata bukan dengan hati lagi.Kalaupun kadang-kadang masih di dengar kata-kata-Nya tetapi hanya di dengar dengan telinga, tidak meresap sampai di hati.
Apakah kamu mau meninggalkan aku juga? Tuhan kepada siapa kami akan pergi, hanya Engkau harapan hidupku. Mari kita semakin mencintai Yesus dengan hati, agar kita tidak mudah untuk menggadaikan  dengan apapun  juga yang ada di muka bumi ini, kita memilih di sini untuk setia, amin.



Jumat, 21 Agustus 2015

Bacaan Injil dan Renungan: Matius 23:1-12, PW Sta Perawan Maria Ratu, Sabtu, 22 Agustus 2015

Mat 23:1Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:

Mat 23:2"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.

Mat 23:3Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Mat 23:4Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

Mat 23:5Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;

Mat 23:6mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;

Mat 23:7mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.

Mat 23:8Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara.

Mat 23:9Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.

Mat 23:10Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.

Mat 23:11Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Mat 23:12Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

BUKA DULU TOPENGMU
Bacaan Injil yang kita dengar bersama pada hari ini berbicara tentang kecaman Yesus terhadap para Ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus menyuarakan kebenaran tentang ketidakbenaran. Di sisi lain Yesus mengakui jabatan mereka sebagai pengajar hukum, sebagai guru-guru masyarakat dan penafsir hukum. Hukum Musa sendiri menjadi hukum politis yang berlaku dalam bangsa mereka dan merekalah yang menjadi hakim-hakimnya atau yang bertugas sebagai hakim di pengadilan.
Yesus melihat bahwa jabatan yang mulia itu diselewengkan. Banyak kedudukan yang baik justru diisi oleh orang-orang jahat. Bila keadaannya sudah menjadi seperti ini, orang-orang ini tidak akan dihormati lagi dengan kedudukannya itu, karena kedudukan itu telah dicemari oleh mereka. Cara hidup mereka yang duduk di kursi Musa itu telah begitu merosotnya sehingga kini tibalah saatnya bagi Sang Nabi Agung, seorang nabi seperti Musa, untuk membangun kursi yang lain.
Oleh karena itu, jabatan dan kekuasaan yang baik dan berguna tidak bisa dihukum dan dihapuskan begitu saja (sebab nanti akan menjadi rusak), karena ada kalanya jabatan dan kekuasaan tersebut jatuh ke tangan orang-orang fasik, yang menyalahgunakan kedua hal tersebut. Oleh karena itu, kita juga tidak boleh menurunkan kursi Musa, karena ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi kini telah menguasainya. Lebih baik bila kita biarkan keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai .
Karena itu Kristus menyimpulkan "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu selama mereka masih menduduki kursi Musa, yakni selama mereka bertugas membacakan dan memberitakan hukum yang diberikan oleh Musa. Sekarang Yesus mengajak orang banyak itu untuk memanfaatkan bantuan yang mereka berikan untuk memahami Kitab Suci, dan menjalankan apa yang diajarkan. Selama pemahaman mereka menggambarkan apa yang dimaksud oleh Kitab Suci dan tidak menyesatkan, membuatnya semakin jelas, dan tidak membatalkan perintah Allah,sejauh itu pula perkataan mereka harus diperhatikan dan ditaati, tetapi harus dengan penuh kewaspadaan dan kebijaksanaan. Tuhan Yesus ingin mencegah orang berpikiran bahwa dengan menyalahkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Ia solah-olah bermaksud merendahkan hukum Musa dan menjauhkan orang dari hukum Taurat. Tidak, Ia menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Perhatikanlah, dalam mengkritik pejabat dan jabatannya, kita harus bijak supaya tidak menyalahkan pelayanan, karena yang bersalah adalah pelayannya dan bukan pelayanan itu sendiri.

Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang lebih dulu membiarkan diri dipimpin Allah baru kemudian memimpin orang lain. Guru yang benar pun demikian. Lebih dari sekadar tahu kebenaran sebagai pengetahuan, guru harus lebih dulu tahu kebenaran sebagai pengalaman dan penghayatan nyata. 

Rabu, 19 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: MATIUS 22:1-14, KAMIS, 20 AGUSTUS 2015

Mat 22:1Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka:

Mat 22:2"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.

Mat 22:3Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.

Mat 22:4Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.

Mat 22:5Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya,

Mat 22:6dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.

Mat 22:7Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.

Mat 22:8Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.

Mat 22:9Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.

Mat 22:10Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.

Mat 22:11Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.

Mat 22:12Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.

Mat 22:13Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Mat 22:14Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."





BERPAKAIAN PESTA

Saya yakin kita semua pasti sudah pernah menghadiri yang namanya pesta. Tentu kita datang dalam keadaan rapi, wangi dan tentu tampil beda. Ada yang mungkin rambutnya direbounding, berpakaian pesta dengan model pakaian terbaru dan lain2. Kalau kita mau amati dengan seksama kadang pesta mantenan sering dijadikan sebagai ajang fashion show. Singkatnya kita tentu memperhatikan penampilan agar gak malu di depan umum. Tetapi apakah kita pernah membayangkan bila suatu saat kita diundang teman karib kita untuk mengikuti hajatan yang diadakannya dan kita datang dengan menggunakan kostum olah raga, baju club sepak bola kesayangan kita dan menggunakan celana training, apa reaksi orang-orang yang ada di tempat pesta itu? Pasti ada yang berkomentar mas atau mbak, ini bukan lapangan sepak bola lho. Atau sekurang-kurangnya mereka menatap sinis pada diri kita. Saudara dan saudariku, mengenakan pakaian pesta itu tanda bahwa kita menghargai dan menghormati tuan pesta dan juga tanda bahwa kita datang pesta dengan tujuan dan maksud yang baik serta telah menyiapkan diri dengan baik pula untuk mengikuti pesta tersebut.

Dalam bacaan injil yang kita renungkan bersama ini juga menggambarkan sebuah suasana pesta sebagai gambaran kerajaan Allah untuk kita sekalian. Ada orang-orang yang sebenarnya sejak awal beruntung karena "diundang ke perjamuan" tetapi malah meremehkannya. Karena itulah keberuntungan yang sebenarnya akan mereka nikmati kemudian beralih kepada orang-orang lain yang tadinya tak masuk hitungan.

Sang raja sampai dua kali mengundang. Yang kedua kalinya bahkan ada nada memohon. Tetapi orang-orang yang diundang tetap tidak mau datang. Malah seakan-akan memohon belas kasihan para undangan: jangan biarkan pesta jadi rusak, hidangan sudah siap, lembu dan ternak piaraan sendiri telah dipotong. Tetapi yang diundang semakin meninggikan diri, ada banyak alasan yang diberikan, sedang sibuk dll.dan bahkan akhirnya malah membunuh pesuruh sang raja. Mereka tidak mau diganggu lagi. Mereka memutus hubungan. Terlihat betapa kerasnya penolakan terhadap ajakan untuk ikut serta dalam perjamuan itu!

Mereka yang menolak kehilangan dua hal. Pertama, rusaklah hubungan dengan raja yang bisa melindungi mereka. Kedua, mereka tak lagi mendapat kesempatan ikut pesta nikah yang meriah yang memiliki arti khusus tadi. Mereka diblacklist.

Karena perjamuan nikah telah tersedia tapi yang diundang tak layak datang, maka raja menyuruh hamba-hambanya ke persimpangan jalan, membawa orang-orang yang mereka temui di sana, siapa saja, ke perjamuan nikah tadi. Tak pilih bulu siapa saja didatangkan. Dan pesta itu diselamatkan oleh kehadiran mereka-mereka ini.

Maksud perumpamaan ini sebenarnya adalah membantu agar orang menyadari bagaimana cara Yang Mahakuasa mengajak siapa saja ikut masuk ke dalam kehidupan keluargaNya, ke dalam keintiman yang tidak bisa sebarangan dimasuki. Dengan mengajak orang ikut serta dalam kegembiraan pesta nikah anaknya, sang raja tadi ingin berbagi kegembiraan. Bahkan boleh dikatakan, kegembiraannya itu baru menjadi nyata bila ikut dirasakan orang lain.

Pesta nikah itu terjadi justru karena hadirnya orang-orang jalanan tadi. Kita diberikan ajakan yang amat kuat. Ayo ikut membuat kehidupan yang nyata ini bagian dari Kerajaan Surga. dan Tiap orang diminta menemukan wujud Kerajaan Surga bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, kehidupannya di persimpangan jalan. Namun untuk itu perlu memakai pakaian pesta.

Tidak mengenakan pakaian pesta berarti datang tanpa sungguh mau mengikuti pesta dan datang tanpa pakaian yang cocok berarti membiarkan diri tidak dikenal sebagai undangan. Komitmen setengah-setengah ini kurang dapat menjadikan hidup orang menjadi bagian dari hidup dalam Kerajaan Surga. Kebalikannya, datang dengan mengenakan pakaian pesta berarti datang tanpa maksud atau tujuan lain. Yang bersangkutan akan dikenali sebagai orang yang hidupnya sedang berubah dari yang ada di persimpangan jalan menjadi dia yang hidup dalam perjamuan yang makin memanusiakan dan makin mendekatkan ke keilahian.

Pertanyaan untuk saya dan anda sekalian, kita berada digolongan undangan yang mana? Apakah yang diundang secara resmi tetapi mati-matian menolak karena kesibukan dan rutinitas sehari2 ataukah yang berada dipersimpangan jalan tapi telah menyiapkan diri dengan baik? apakah kita siap untuk memenuhi undangan Tuhan dan tak lupa mengenakan pakaian pesta ketika memenuhi undangan itu? Pakaian pesta adalah bagaimana kita membangun relasi yang baik dengan Tuhan dalam hidup sehari2. Kita menghormati Tuhan sebagai yang empunya pesta, menghormatinya dengan berbuat baik dalam hidup kita sehari2. Kita harumkan pakaian pesta kita dengan amal baik kita, dengan teladan hidup kita, kita rapikan pakaian pesta kita dengan kesetiaan kita, kita datang ke pesta dengan sebungkus kado yaitu tanda persembahan syukur kita atas segala berkat yang telah kita peroleh dari Tuhan. Ingatlah bahwa banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih, amin.





Selasa, 18 Agustus 2015

Bacaan Injil dan Renungan: Matius 20:7-16, Rabu, 19 Agustus 2015


Mat 20:1
"Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
Mat 20:2
Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya.
Mat 20:3
Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar.
Mat 20:4
Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.
Mat 20:5
Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi.
Mat 20:6
Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?
Mat 20:7
Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
Mat 20:8
Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.
Mat 20:9
Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
Mat 20:10
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga.
Mat 20:11
Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu,
Mat 20:12
katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.
Mat 20:13
Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?
Mat 20:14
Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.
Mat 20:15
Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
Mat 20:16
Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

IRI HATIKAH ENGKAU, KARENA AKU MURAH HATI?

Injil yang kita renungkan bersama pada kesempatan ini berbicara tentang para pekerja yang diundang pemilik kebun anggur untuk bekerja di kebun anggurnya. Kalau kita berpikir secara manusiawi dan kita kaitkan dengan aturan tentang ketenagakerjaan maka wajarlah bila para pekerja protes. Tapi bukan maksud ini perumpamaan ini mau disampaikan buat kita. Lantas apa yang mau digarisbawahi dalam perumpamaan ini?
Allah adalah Tuan rumah agung yang memiliki kita dan yang kita layani. Sebagai tuan rumah, Dia mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan dan para pelayan yang harus melaksanakannya. Sang Pemilik dan Penguasa atas mereka. Allah mengupah para pekerja, bukan karena Ia membutuhkan mereka atau tenaga mereka (sebab jikalau kita benar, apakah yang kita berikan kepada Dia?), melainkan seperti tuan rumah yang murah hati Ia mempekerjakan orang karena ingin berbuat baik kepada mereka. Ia hendak menyelamatkan mereka dari kemalasan dan kemiskinan. Oleh karena itu Ia mengupah mereka untuk pekerjaan yang sebenarnya mereka lakukan bagi diri mereka sendiri. Yang digarisbawahi dalam perumpamaan ini adalah Allah yang murah hati dan yang Maha Baik. Sangat sering kita berpikir bahwa kita menerima terlampau sedikit anugerah Allah, sedangkan orang lain menerima terlampau banyak. Juga bahwa kita melakukan terlampau banyak pekerjaan Allah, dan orang lain terlampau sedikit. Besar kemungkinan kita semua menilai rendah orang lain dan menilai tinggi diri sendiri. Boleh jadi, di sini Kristus memperingatkan Petrus agar tidak terlampau menyombongkan diri, seperti yang tampaknya ia lakukan ketika berkata bahwa ia telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Kristus, seakan-akan karena ia dan murid-murid lain telah menanggung beban pekerjaan di bawah terik matahari, maka sudah seharusnya sorga menjadi milik mereka sendiri. Sungguh sulit bagi orang-orang yang bekerja atau menderita bagi Allah lebih banyak daripada orang lain, untuk tidak meninggikan diri dan mengharapkan pujian atas jasa mereka. Rasul Paulus pun menjaga diri terhadap sikap ini, yang meskipun tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa, menganggap dirinya tidak berarti sedikit pun, dan paling hina di antara segala orang kudus.
Ungkapan sakit hati itu dalam perumpamaan tadi dijelaskan dengan tiga hal ini.
Yang pertama, bahwa orang yang bersungut-sungut itu sama sekali tidak punya alasan untuk mengeluh bahwa ia diperlakukan tidak benar. Di sini tuan itu menegaskan sikap adilnya, Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Tuan itu memanggilnya saudara, sebab saat bermusyawarah dengan orang lain, kita harus menggunakan kata-kata lembut, namun tegas, jika bawahan kita suka mengeluh dan menantang. Bagaimanapun, janganlah kita berkata-kata dengan kasar kepada mereka, tetapi dengan tenang.
Yang kedua, tidak perlu diragukan lagi bahwa Allah tidak mungkin keliru. Ini adalah hak istimewa Raja di atas segala raja. Tidak adilkah Allah? Rasul Paulus terkejut membayangkan pemikiran seperti ini. Sekali-kali tidak!. Perkataan Paulus sudah sepantasnya membungkam keluhan kita, bahwa apa pun yang Allah perbuat terhadap kita atau apa pun yang Dia tahan untuk tidak diberikan kepada kita, tidak ada suatu kesalahan pun yang Dia lakukan.
Yang ketiga, jika Allah mencurahkan anugerah kepada orang lain dan bukan kepada kita, ini adalah kebaikan yang diberikan kepada mereka, tetapi bukan ketidakadilan terhadap kita. Kelimpahan kepada orang lain itu bukan berarti ketidakadilan bagi kita. Jadi, janganlah kita mencari-cari kesalahan dalam hal ini. Karena dengan cuma-cuma anugerah diberikan kepada orang yang mempunyai, jadi janganlah ada orang menyombongkan diri. Dan dengan cuma-cuma pula anugerah ditahan dari orang yang tidak mempunyai, jadi janganlah ada orang bersungut-sungut.
Kita perlu membiarkan diri untuk “diperlakukan” sesuka hati Allah, seperti alat tulis biarlah Allah bebas menggerakkan kita. Pasti yang akan dihasilkan adalah sebuah lukisan yang indah. Rencana Tuhan selalu indah pada waktunya.

Minggu, 16 Agustus 2015

Bacaan Injil dan Renungan: Matius 22:15-21, HR Kemerdekaan RI, Senin 17 Agustus 2015



Mat 22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.

Mat 22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.

Mat 22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"

Mat 22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?

Mat 22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.

Mat 22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?"

Mat 22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

MERDEKA DALAM HIDUP DAN DALAM NURANI
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA!!!!!
Kita pantas bersyukur atas anugerah kemerdekaan yang diperoleh Bangsa kita. Sebuah anugerah yang istimewa yang didapatkan karena kasih Tuhan dan pengorbanan yang begitu besar dari anak bangsa. Memang benar, tiada kasih tanpa pengorbanan.  Dalam  mensykuri  kemerdekaan, saya mengajak kita sekalian untuk merefleksikan  kemerdekaan ini dalam terang Injil Matius.
Dalam Injil  hari ini, dikisahkan bagaimana orang – orang farisi datang pada Yesus dan ingin menjerat Yesus dengan pertanyaan jebakan. Pertanyaan yang mereka ajukan adalah, "Haruskah kami membayar pajak kepada Kaisar, atau tidak?" Seakan-akan mereka sangat ingin mengetahui kewajiban mereka. Mereka berlaku seolah-olah sebagai sebuah bangsa yang sungguh-sungguh meninggikan kebenaran, mereka mau bertanya kepada Allah tentang segala peraturan yang adil, padahal yang sebenarnya mereka hanya ingin tahu kepada pihak mana Yesus berpihak, sehingga mereka akan memakai kesempatan itu untuk menuduh Dia. Memang benar, tidak ada cara lain lagi yang lebih baik kalau orang mau menjerat hamba-hamba Tuhan selain dari melibatkan mereka dengan macam-macam hal yang penuh pertentangan mengenai hak-hak warga negara, yaitu bagaimana orang menetapkan garis batas antara pemerintah dan warga negaranya. Hal ini memang perlu, tetapi sebenarnya tidaklah sesuai bagi orang-orang Farisi itu untuk melakukan tugas ini. Tetapi tampaknya mereka menunjuk Kristus untuk memutuskan masalah ini; dan memang Ia sangat cocok untuk memutuskannya, karena oleh Dialah para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. Pertanyaan mereka itu adil, "Haruskah kami membayar atau tidak?" Tampaknya mereka sudah pasrah untuk mengikuti keputusan-Nya, "Jika Engkau mengatakan kami harus membayar pajak, kami akan melakukannya, sekalipun kami harus menjadi pengemis karenanya. Jika Engkau mengatakan kami tidak harus membayar pajak, kami tidak akan membayarnya, sekalipun kami akan disebut pengkhianat karenanya." Banyak orang kelihatan sangat ingin untuk melakukannya; seperti yang dilakukan orang-orang sombong ini .
Kristus menjawab pertanyaan tersebut dan mengelakkan diri dari perangkap itu dengan menyinggung kesepakatan nasional yang telah mereka buat dengan pemerintah Romawi, supaya dengan demikian mereka tidak bisa berbantah lagi mengenai masalah ini. Walaupundengan mulut mereka menunjukkan kasih mereka kepada-Nya, Ia sungguh tahu kemunafikan mereka dan kebencian yang ada dalam hati mereka terhadap Dia. Kemunafikan itu, sekalipun dilakukan dengan sangat licin, tetap saja tidak dapat disembunyikan dari Tuhan Yesus. Ia dapat melihat retakan tembikar walaupun diselubungi dengan lapisan perak. Ia tahu mereka bermaksud untuk menjerat Dia, dan karena itu Ia memperumit masalahnya untuk menjerat mereka dengan perkataan mereka itu sendiri, untuk memaksa mereka melakukan apa yang tidak ingin mereka lakukan, yaitu membayar pajak secara jujur dan dengan tidak mengeluh-ngeluh. Dengan cara ini pula Yesus melindungi diri-Nya dari maksud jahat mereka untuk menuduh Dia. Ia membuat mereka menyadari bahwa uang yang sekarang digunakan dalam bangsa mereka adalah uang Romawi, mempunyai gambar Kaisar pada salah satu sisinya dan tulisan Kaisar pada sisi yang lain; dan oleh karena itu:
Kaisar dapat menggunakan uang tersebut bagi kepentingan rakyat, karena ia mengawasi dan mengatur negara itu, tempat ia memiliki tanggung jawab; Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar. Uang itu mulai beredar dari Kaisar yang menjadi sumbernya, dan karena itu harus kembali lagi kepadanya. Selama uang itu menjadi miliknya, selama itu pula uang itu harus dikembalikan kepadanya; dan sejauh mana itu menjadi miliknya dan dikuasai olehnya, ditentukan menurut peraturan dan perundang-undangan pemerintah, yang juga mencantumkan wewenang penguasa atau kaisar dan hak warga negara.
Kaisar tidak bisa menguasai hati nurani mereka atau berusaha melakukannya; ia bersedia untuk tidak mengubah agama mereka. "Karena itu, bayarlah pajakmu, tanpa mengeluh atau berbantah, tetapi di samping itu, janganlah kamu lupa untuk memberikan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada-Nya." Mungkin Yesus sedang mengacu kepada perumpamaan yang baru saja Ia ceritakan, yang di dalamnya Ia mengecam mereka karena tidak mengembalikan hasil buah kepada Tuan pemilik kebun anggur . Tampaknya, banyak orang yang tidak mau memberikan kepada manusia apa yang wajib mereka berikannya, mereka ini juga tidak akan peduli untuk memberikan kemuliaan kepada Allah karena nama-Nya. Hati dan kasih kita kepada-Nya merupakan pemberian wajib kita kepada Allah, sama seperti upah sewa kebun kepada Sang Pemilik kebun anggur itu atau pajak kepada kaisar atau pemerintah.
Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah  ketika hati bebas tanpa tertekan. Di situlah damai yang sesungguhnya ada dan hadir!


Sabtu, 15 Agustus 2015

Bacaan Injil Dan Renungan: Lukas 1:39-56. Hari Raya Maria Diangkat Ke Surga, Minggu 16 Agustus 2015

Luk 1:39
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
Luk 1:40
Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
Luk 1:41
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
Luk 1:42
lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
Luk 1:43
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
Luk 1:44
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
Luk 1:45
Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Luk 1:46
Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,
Luk 1:47
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
Luk 1:48
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
Luk 1:49
karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.
Luk 1:50
Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
Luk 1:51
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
Luk 1:52
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;
Luk 1:53
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Luk 1:54
Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,
Luk 1:55
seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."
Luk 1:56
Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.



SUB TUTELA MATRIS (DI BAWAH NAUNGAN SANG BUNDA)


Hari ini kita merayakan Hari Raya Maria Diangkat Ke Surga atau Maria Assumpta. Bunda Maria, Bunda kita sekalian adalah teladan Iman dan teladan kehidupan kita umat Kristiani, pada kesempatan ini saya mengajak kita sekalian untuk bersama merefleksikan tentang Teladan Bunda Maria yang berbagi sukacita iman dengan saudari sepupunya Elizabeth. Bunda Maria tidak menyimpan suka cita iman yang Ia miliki untuk dirinya sendiri tetapi ia berbagi suka cita iman itu bersama orang lain.
Dalam Kisah Injil tadi kita menyimak percakapan antara dua ibu yang berbahagia, Dua ibu yang penuh dengan Roh Kudus, Elisabet dan Maria. Malaikat membuka kesempatan terjadinya perjumpaan di antara kedua orang ini dengan memberi tahu Maria tentang berkat yang dilimpahkan kepada sanaknya, Elisabet.

Maria melakukan kunjungan kepada Elisabet dengan melakukan sebuah perjalanan yang jauh yaitu ke daerah pegunungan. Maria yang telah mengandung Mesias tidak merasa bahwa dirinya lebih tinggi dari Elisabeth maka ia yang harusnya dikunjungi oleh Elisabeth. Maria juga meninggalkan semua urusannya guna mengurus hal yang lebih besar ini: berbagi sukacita iman. Di sini kita belajar untuk bersikap rendah hati seperti Maria, tidak memandang status yang kita miliki, berani untuk menarik diri sejenak dari kesibukan-kesibukan kita untuk bergerak keluar dan mengunjungi orang yang membutuhkannya. Bukan sekedar mengunjungi tetapi mengunjungi dengan membawa sukacita iman untuk orang yang dikunjungi.

Pertemuan antara Maria dan Elisabet sungguh-sungguh diliputi oleh suasana yang penuh dengan kebahagiaan Iman. Maria memberi salam kepada Elisabet dan berkata bahwa ia datang untuk mengunjunginya, untuk mengetahui keadaannya, dan bersuka bersamanya di dalam sukacitanya. dan demi menegaskan iman mereka berdua. Kemudian terjadilah sesuatu yang luar biasa. Maria mengetahui bahwa Elisabet sedang mengandung seorang anak. Kita belajar dari pertemuan yang membawa kebahagiaan yang mendalam ini. Yang pertama, mereka bertemu untuk berbagi kebahagiaan iman dan bukan yang lainnya. Biasanya orang berkata, di mana dua tiga orang berkumpul di situ Tuhan hadir. Tetapi ada juga yang berkata, di mana dua tiga ibu berkumpul di situ pasti ada orang yang dibicarakan atau digosipkan. Yang jenis ini namanya membawa luka untuk orang lain dan bukan membawa suka bagi orang lain. Yang kedua, pertemuan ini membawa kebahagiaan karena Maria membawa Yesus dalam rahimnya dan ini membuat Elisabeth dan Yohanes begitu bersukacita. Apa yang kita bawa untuk orang lain? membawa wajah Tuhan atau membawa wajah pribadi? Dalam kisah injil tadi dikatakan bahwa Yohanes melonjak kegirangan dalam rahim ibunya, seolah-olah memberi isyarat kepada ibunya, bahwa ia sekarang berjumpa dengan Dia, berjumpa dengan orang yang karenanya ia diutus sebagai pendahulu. Juga karena pengaruh kuat yang ditujukan untuk sang ibu. Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, atau Roh nubuat, dan oleh Roh inilah, dan juga dengan ilham yang diberikan Roh, ia diberi pemahaman bahwa Sang Mesias hadir di situ. Gerakan bayi yang tidak seperti biasanya di dalam rahimnya ini merupakan tanda adanya emosi yang luar biasa di dalam jiwa Elisabet karena gerakan ilahi. Ucapan selamat datang yang disampaikan oleh Elisabet melalui Roh Nubuat kepada Maria, ibu Tuhan kita. Ucapan ini disampaikan bukan seperti kepada seorang teman biasa yang sedang melakukan kunjungan biasa, tetapi kepada orang yang akan melahirkan Mesias.

Elisabet mengucapkan selamat kepada Maria atas kehormatan yang diterimanya, meskipun ia belum pernah mengetahui hal itu sebelum ini. Ia mengucapkannya dengan penuh keyakinan dan kegembiraan. Ia berseru dengan suara nyaring, karena ia sedang hanyut dalam sukacita yang meluap-luap, dan tidak peduli kalau orang sampai mendengarnya. Ia berseru, "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan," kata-kata sama seperti yang diucapkan oleh malaikat ; karena memang demikianlah kehendak Allah mengenai menghormati Sang Anak, bahwa itu harus terjadi di bumi seperti di dalam sorga. Namun, Elisabet menambahkan sebuah alasan lagi, oleh karena itu, "Diberkatilah engkau sebab diberkatilah buah rahimmu." Jadi Maria layak memperoleh kehormatan istimewa ini. Elisabet sudah jadi istri seorang imam selama bertahun-tahun, namun ia tidak merasa iri bahwa Maria, saudara sepupunya, yang jauh lebih muda daripadanya, yang dalam segala hal lebih rendah daripadanya, akan mendapatkan kehormatan untuk mengandung dalam keadaan masih perawan, dan menjadi ibu Sang Mesias. Meskipun kehormatan yang diperolehnya lebih sedikit, namun Elisabet bersukacita di dalamnya; ia merasa puas, sama seperti anaknya kelak, bahwa Maria yang datang kemudian daripadanya lebih tinggi daripadanya.

Di bawah naungan Sang Bunda, Yesus dibawa dan diperkenalkan kepada Elisabeth dan Yohanes Pembaptis. Di bawah naungan Sang Bunda pula, hendaknya kita pun membawa Yesus dan memperkenalkannya kepada setiap orang yang kita jumpai. Di bawah naungan Sang Bunda pula, kita akan mendapatkan rahmat yang mengalir dan menggenangi hidup kita. Mari kita wartakan Yesus karena kita selalu berada dalam naungan Sang Bunda. Amin