Jumat, 31 Juli 2015

Bacaan Injil dan Renungan: Matius 14:1-12, PW St. Alfosus De Ligouri, Sabtu, 1 Agustus 2015

Mat 14:1
Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah.
Mat 14:2
Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."
Mat 14:3
Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya.
Mat 14:4
Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
Mat 14:5
Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.
Mat 14:6
Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes,
Mat 14:7
sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
Mat 14:8
Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam."
Mat 14:9
Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.
Mat 14:10
Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara
Mat 14:11
dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.
Mat 14:12
Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.


Injil yang kita dengar bersama pada hari ini menggambarkan betapa Herodes dipenuhi dengan rasa takut yang tanpa alasan, semata-mata karena rasa bersalah dalam hati nuraninya sendiri. Begitulah, darah berteriak, bukan saja dari tanah tempatnya tercurah, tetapi juga dari dalam hati orang yang menumpahkannya, dan menjadi baginya  kengerian yang menghantuinya, kengerian bagi dirinya sendiri. Bagi nurani yang bersalah, segala sesuatu tampak menakutkan, dan seperti pusaran air, ia menarik masuk segala sesuatu yang berada di dekatnya. Demikianlah orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya . Mereka ditimpa kekejutan yang besar, padahal tidak ada yang mengejutkan.
Betapa Herodes berkeras hati dalam kejahatannya. Meskipun ia yakin bahwa Yohanes seorang nabi, dan seorang yang diakui Allah, ia sama sekali tidak menunjukkan perasaan menyesal atau sedih atas dosanya membunuh Yohanes. Orang bisa saja mempunyai perasaan-perasaan bersalah yang kuat, namun tidak menunjukkan pertobatan sejati yang menyelamatkan.
Manusia berdosa cenderung menolak segala peringatan yang mencegahnya menikmati hidup dalam dosa, sehingga mengalami kelumpuhan hati nurani. Kenikmatan dalam dosa membuat manusia hidup dalam bayang-bayang ketakutan yang terselubung, yang sebenarnya ada namun berusaha ditutupi dengan pernyataan: "hanya sekali tidak apa-apa", "semua orang juga melakukannya", "pengampunan tersedia bagi yang memohon", "demi kebaikan bersama", "Tuhan tahu maksud kita baik", dll.
Terlebih indah membereskan bayang-bayang ketakutan di hadapan-Nya dan jangan biarkan kelumpuhan hati nurani menyerang kita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar