Sabtu, 01 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: YOHANES 6:24-35, MINGGU BIASA XVIII

Yoh 6:24Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Yoh 6:25Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?"

Yoh 6:26Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.

Yoh 6:27Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

Yoh 6:28Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?"

Yoh 6:29Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."

Yoh 6:30Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?

Yoh 6:31Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga."

Yoh 6:32Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.

Yoh 6:33Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."

Yoh 6:34Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."

Yoh 6:35Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.


ROTI HIDUP: BEKAL ABADI




Kalau boleh tahu, bagaimana perasaan saudara-saudari saat berangkat dari rumah untuk merayakan Ekaristi Minggu atau harian? Apakah mungkin ada rasa terbebani sebagai sebuah kewajiban utama misalnya gak enak sama umat yang lain, didesak oleh istri atau anak-anak, didesak oleh suami, datang mengikuti ekaristi pas sedang mendapat masalah dan sesudah masalah selesai mulai lupa letak gereja di mana ataukah datang untuk ikut merayakan ekaristi sebagai kebutuhan rohani, dan sebagainya? Sesungguhnya, bukan hanya kita yang membutuhkan Ekaristi, tetapi pertama-tama Yesuslah yang sangat membutuhkan kita untuk hadir dalam perjamuan kasih-Nya. Yesus tidak tahan untuk tidak mengasihi manusia sehabis-habisnya sehingga dengan penuh harapan, Dia merindukan kehadiran kita semua untuk menyantap Daging-Nya dan meminum Darah-Nya agar kita beroleh hidup yang kekal! Panggilan untuk merayakan Ekaristi bersama Yesus sebenarnya tidak lain adalah panggilan untuk dikasihi Allah seutuhnya. Siapa yang tidak mau dikasihi oleh Allah? maka datanglah untuk merayakan ekaristi dengan hati yang gembira dan dengan kerinduan yang mendalam untuk menyambut Tubuh Tuhan, Sang Roti hidup, pemuas rasa lapar jiwa kita.

Namun, panggilan itu sering sulit untuk kita dengarkan karena kita lebih suka dikasihi dengan syarat: kalau aku berhasil dalam studiku, bila prestasiku lebih tinggi daripada teman-temanku, bila aku memiliki jabatan yang mapan, dan sebagainya. Itulah ”ketentuan dunia yang mengasihi manusia hanya kalau orang berhasil”. Jalan pikiran macam ini ada pada orang-orang yang mengikuti Yesus setelah Yesus mengadakan mukjizat dengan lima roti dan dua ikan. Dengan bertopeng sembari mengagungkan mujizat-mujizat Musa, dengan diam-diam mereka memandang ringan mujizat Kristus, dan menyisihkan bukti yang menunjukkan bahwa Ia telah diutus Allah. Alasan mereka, "Kristus memberi makan ribuan pengikut-Nya, tetapi Musa memberi makan ratusan ribu pengikutnya. Kristus hanya sekali memberi mereka makan, tetapi, Musa memberi makan para pengikutnya selama empat puluh tahun, sehingga mujizat bukan lagi menjadi sesuatu yang aneh dan langka bagi mereka, melainkan sudah menjadi makanan sehari-hari belaka. Kristus memberi mereka makan dengan roti yang berasal dari bumi: roti jelai, dan ikan yang berasal dari laut, sedangkan Musa memberi bangsa Israel makan roti dari sorga, yaitu manna. 

Begitulah, betapa mudahnya kita meremehkan dan menganggap sepi kehadiran kuasa Allah dan anugerah-Nya sehingga kadang ekaristi hanya dianggap sebagai formalitas semata. bahkan ada yang mengatakan mending saya berdoa di rumah saja daripada capek-capek ikut misa, toh saya masih sehat-sehat dan malah lebih sukses dari orang yang rajin ke gereja. Tuhan Yesus menuding kedangkalan hidup orang banyak karena orientasi mereka hanya perut. Mungkin juga Yesus menuding kita karena melihat ekaristi sebagai sebuah formalitas belaka dan sebagai hal yang membosankan. Kita kadang lupa bahwa mengikuti ekaristi bukan untuk memperoleh hal-hal yang bersifat duniawi tetapi kita mengikuti ekaristi untuk memperoleh kebahagiaan iman dan hati serta memperoleh rasa damai yang tidak mampu dibeli dengan uang atau hal yang lainnya. Orang yang kalau tidak berdoa atau tidak mengikuti ekaristi sehari saja merasa ada yang hilang di dalam dirinya itu tanda bahwa orang itu sungguh menganggap doa dan ekaristi sebagai sebuah kebutuhan dan memiliki kerinduan yang suci, sedangkan orang yang merasa biasa-biasa saja, itu patut untuk dipertanyakan. 

Kegagalan untuk menyadari hal rohani dan kekal di dalam dan melalui hal jasmani juga sering kita alami. Hanya dengan lebih dekat kepada Yesus dan menempatkan Dia berdaulat atas segala aspek hidup kita, kita semakin mampu menghayati hadirat-Nya di dalam semua aspek hidup kita yang sementara.

Ketika kita kenyang secara jasmani, makin rindukah kita untuk dikenyangkan oleh Yesus, Sang Roti Hidup? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar