Senin, 10 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: MATIUS 18:1-5; 10-14, PW STA. KLARA, SELASA 11 AGUSTUS 2015

Mat 18:1
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
Mat 18:2
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
Mat 18:3
lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Mat 18:4
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
Mat 18:5
Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Mat 18:10
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.
Mat 18:12
"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?
Mat 18:13
Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.
Mat 18:14
Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."



BERTUMBUH DALAM KERENDAHAN HATI

Injil yang kita renungkan bersama pada hari ini berisikan kisah tentang bagaimana Yesus selalu menekankan pentingnya kerendahan hati dalam diri setiap pengikutnya. Mengapa demikian? Karena kerendahan hati adalah jalan menuju pada kekudusan. Kerendahan hati atau ‘humility‘ berasal dari kata ‘humus‘ (Latin), artinya tanah/ bumi. Jadi, kerendahan hati maksudnya adalah menempatkan diri ‘membumi’ ke tanah. Kerendahan hati membuat kita selalu menyadari kelemahan kita dan bergantung kepada rahmat Tuhan. Itulah sebabnya Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah para rasul. Seorang anak kecil biasanya memiliki tingkat kebergantungan yang tinggi. Kebergantungan yang dimakasudkan di sini adalah menyandarkan segala harapan pada kemahakuasaan Allah. Bagaimana caranya agar kemahakuasaan Allah yang berkarya dalam diri kita? Pertama, "Kamu harus bertobat, kamu harus berubah dalam akal budimu, dalam perilaku dan tabiatmu, pemikiranmu harus lain, baik mengenai dirimu sendiri maupun mengenai Kerajaan Sorga, jika kamu ingin mendapat tempat di dalamnya. Sifat angkuh, pengejaran akan keinginan yang berlebihan, dan haus akan kehormatan dan kekuasaan dalam dirimu harus dipertobatkan, dimatikan, dan diubahkan sepenuhnya, supaya kamu menjadi layak seutuhnya." Setiap langkah yang disesatkan oleh dosa harus ditebus dengan satu langkah kembali melalui pertobatan. Ketika Petrus bertobat karena menyangkali Gurunya, ia pun diubahkan.

Kedua, kamu harus menjadi seperti anak kecil. Perhatikanlah, anugerah mengubah kita menjadi seperti seorang anak kecil, namun bukan menjadi kecil dalam pemikiran atau mudah terombang-ambing atau pandai menarik perhatian tetapi sebagai anak kecil, kita harus menjalani hidup tanpa beban dan menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Bapa kita yang di sorga untuk mencukupkan segala sesuatunya bagi kita. Kita harus, seperti halnya anak kecil, polos dan cinta damai, bebas dari segala niat jahat. Seperti halnya anak-anak bertubuh kecil dan rendah (pendek), demikian juga kita harus menjadi kecil dan rendah dalam roh dan dalam pikiran mengenai diri kita. Inilah sifat yang akan menghasilkan tabiat-tabiat lain yang baik. Masa kanak-kanak adalah masa untuk belajar.

Santo Agustinus pernah berkata, 3 ciri dari orang yang bijaksana adalah yang pertama, rendah hati, yang kedua rendah hati dan yang ketiga rendah hati. Mari kita mengejar kekudusan dengan belajar untuk rendah hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar