Selasa, 11 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: MATIUS 18:15-20, Rabu, 12 Agustus 2015

Mat 18:15
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
Mat 18:16
Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
Mat 18:17
Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Mat 18:18
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
Mat 18:19
Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
Mat 18:20
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

REKONSILIASI HATI


Bacaan Injil yang kita renungkan bersama pada hari ini menekankan dua hal penting ini untuk kita yaitu pertobatan dan doa. Tanpa pertobatan maka sebuah doa akan sia-sia dan tanpa doa maka sebuah pertobatan akan tidak memiliki nilai apa-apa. Dua hal mendasar ini memiliki hubungan yang erat satu terhadap yang lain. Pertobatan kadang dilihat hanya sebagai sebuah ceremoni belaka dan kemudian menjadi kabur maknanya. Mengapa demikian? Pertama, orang tidak mengalami pertobatan yang sungguh karena hilangnya pengakuan diri sebagai orang berdosa, yang masih tetap memiliki kecenderungan terhadap dosa (Ah, saya khan sudah suci karena dulu sudah dibaptis!). Dengan menganggap dirinya demikian saja, orang sudah jatuh dalam dosa kesombongan. Kedua, orang tidak bertobat karena tiadanya penyembuhan sesudah pertobatan itu sendiri. Setelah menerima Sakramen Tobat toh masih tetap melakukan dosa yang sama. “Malu akh, selalu mengaku dosa yang sama melulu, itu-ituuuu…terus!”, komentar salah seorang umat yang pemah saya dengar. Di sini kita bisa menyadari pertobatan hendaknya dimulai dari hati.

Apa yang dimaksud pertobatan hati? Tobat hati adalah satu penataan baru seluruh kehidupan, satu langkah balik, pertobatan kepada Allah dengan segenap hati, pelepasan dosa, berpaling dari yang jahat, yang dihubungkan dengan keengganan terhadap perbuatan jahat yang telah kita lakukan. Sekaligus ia membawa kerinduan dan keputusan untuk mengubah kehidupan, serta harapan akan belas kasihan Ilahi dan bantuan rahmat-Nya …”

Dari sini jelaslah bahwa pertobatan kita bukanlah pertama-tama suatu tindakan yang tampak seperti puasa dan mati raga, atau tanda-tanda lahiriah lainnya, melainkan pertobatan hati atau pertobatan batin. Tanpa pertobatan itu, segala wujud dan karya pertobatan tidak akan berhasil dan tidak jujur. Namun, pertobatan hati yang sungguh telah terwujud dalam diri seseorang mau tidak mau akan tampak dalam tindakan dan karyanya.

Pertobatan ini bukanlah sesuatu yang kita lakukan sekali seumur hidup, melainkan kita harus terus-menerus. Sesungguhnya, pertobatan kita telah terjadi ketika kita menerima Kristus melalui pembaptisan. Dalam pembaptisan itu, segala dosa kita diampuni dan kita memperoleh anugerah hidup baru. Itulah yang disebut dengan pertobatan pertama. Namun, kehidupan ini tidaklah menghilangkan kerapuhan dan kelemahan kita sebagai manusia. Kita masih memiliki kecenderungan pada dosa dan dari realitas sehari-hari kita mengalami betapa mudahnya kita terjatuh dalam dosa. Karena kenyataan itulah, seorang Kristiani perlu terus-menerus bertobat dan memperbarui diri.

Pertobatan itu bagaikan sebuah perjalanan yang berlangsung terus-menerus dan terjadi dalam pergulatan kita sehari-hari dan bukan dalam bentuk gegap gempita atau dalam upacara yang menghebohkan, tetapi berlangsung sangat biasa; dimulai dari kerinduan kita untuk kembali kepada Allah setelah menyadari betapa jauhnya kita selama ini dari Diri dan Sabda-Nya. Melalui pengalaman-pengalaman dan kejadian tertentu, kita melangkah semakin dalam mengenal Allah dan misteri-Nya. Kemudian semakin kita mengenal diri kita yang sesungguhnya; bahwa kita adalah makhluk yang rapuh, penuh dosa namun diselamatkan oleh Allah. Kita menyadari walaupun kita berdosa, kita dicintai dan diampuni Allah. Pengenalan akan diri kita yang sesungguhnya dan juga pengenalan akan Allah yang semakin mendalam itulah yang mendorong kita semakin kuat berbalik kepada Allah dan hidup dekat dengan-Nya. Dalam doa kita akan menemukan pertobatan yang sejati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar