Yoh 12:24
|
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji
gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi
jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
|
Yoh 12:25
|
Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan
memeliharanya untuk hidup yang kekal.
|
Yoh 12:26
|
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan
di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani
Aku, ia akan dihormati Bapa.
|
TIDAK ADA BUAH TANPA KORBAN
Penginjil Yohanes dalam warta sabdanya yang kita
renungkan bersama ini menjelaskan tujuan dari kehidupan iman yaitu
bahwa tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan, tidak ada hidup yang berbuah tanpa
kematian, tidak ada kemenangan tanpa penyerahan, tidak ada buah tanpa korban.
Pastinya ada satu keindahan jikalau benih itu “mati” dan memenuhi tujuannya.
Seandainya sebuah benih dapat berbicara, benih itu pasti akan mengeluh karena
ditaruh di tanah yang belap dan dingin. Namun, satu-satunya cara supaya benih
itu dapat mencapai tujuannya adalah dengan cara ditanam. Ini merupakan hal yang sangat lazim kita ketahui dalam dunia
pertanian bukan, bahwa dari satu biji benih yang ditanam akan menghasilkan banyak
buah saat ia menjadi tumbuh besar. Sebab biji tidak akan efektif dan berguna
jika tetap disimpan saja seperti apa adanya. Hanya saat ia dilemparkan di tanah
yang dingin, ditanam dalam tanah, maka kelamaan ia akan bertumbuh dan berbuah.
Hanya dengan mengorbankan hidup, orang akan
mendapatkan hidup itu. Sebaliknya orang yang mencintai hidupnya seringkali
didorong oleh dua macam tujuan, yaitu oleh nafsu mementingkan diri sendiri dan
oleh keinginan untuk rasa aman. Dari sini kita mendapatkan satu pemahaman bahwa orang perlu
membiarkan diri untuk ditanam seperti gandum di dalam tanah, menanggalkan
kepentingan diri, dan mau untuk menjadi pribadi yang menghasilkan buah.
menanggalkan kepentingan diri berarti mau untuk berkorban, mau untuk berbagi
kehidupan. Pada titik ini kasih yang sesungguhnya nampak.
Santo Laurensius telah meneladani Yesus Sang Guru dan rela
“ditanam” tetapi ia menghasilkan suka cita iman yang mendalam yaitu
menghasilkan buah yang berlimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar