Minggu, 16 Agustus 2015

Bacaan Injil dan Renungan: Matius 22:15-21, HR Kemerdekaan RI, Senin 17 Agustus 2015



Mat 22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.

Mat 22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.

Mat 22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"

Mat 22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?

Mat 22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.

Mat 22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?"

Mat 22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

MERDEKA DALAM HIDUP DAN DALAM NURANI
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA!!!!!
Kita pantas bersyukur atas anugerah kemerdekaan yang diperoleh Bangsa kita. Sebuah anugerah yang istimewa yang didapatkan karena kasih Tuhan dan pengorbanan yang begitu besar dari anak bangsa. Memang benar, tiada kasih tanpa pengorbanan.  Dalam  mensykuri  kemerdekaan, saya mengajak kita sekalian untuk merefleksikan  kemerdekaan ini dalam terang Injil Matius.
Dalam Injil  hari ini, dikisahkan bagaimana orang – orang farisi datang pada Yesus dan ingin menjerat Yesus dengan pertanyaan jebakan. Pertanyaan yang mereka ajukan adalah, "Haruskah kami membayar pajak kepada Kaisar, atau tidak?" Seakan-akan mereka sangat ingin mengetahui kewajiban mereka. Mereka berlaku seolah-olah sebagai sebuah bangsa yang sungguh-sungguh meninggikan kebenaran, mereka mau bertanya kepada Allah tentang segala peraturan yang adil, padahal yang sebenarnya mereka hanya ingin tahu kepada pihak mana Yesus berpihak, sehingga mereka akan memakai kesempatan itu untuk menuduh Dia. Memang benar, tidak ada cara lain lagi yang lebih baik kalau orang mau menjerat hamba-hamba Tuhan selain dari melibatkan mereka dengan macam-macam hal yang penuh pertentangan mengenai hak-hak warga negara, yaitu bagaimana orang menetapkan garis batas antara pemerintah dan warga negaranya. Hal ini memang perlu, tetapi sebenarnya tidaklah sesuai bagi orang-orang Farisi itu untuk melakukan tugas ini. Tetapi tampaknya mereka menunjuk Kristus untuk memutuskan masalah ini; dan memang Ia sangat cocok untuk memutuskannya, karena oleh Dialah para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. Pertanyaan mereka itu adil, "Haruskah kami membayar atau tidak?" Tampaknya mereka sudah pasrah untuk mengikuti keputusan-Nya, "Jika Engkau mengatakan kami harus membayar pajak, kami akan melakukannya, sekalipun kami harus menjadi pengemis karenanya. Jika Engkau mengatakan kami tidak harus membayar pajak, kami tidak akan membayarnya, sekalipun kami akan disebut pengkhianat karenanya." Banyak orang kelihatan sangat ingin untuk melakukannya; seperti yang dilakukan orang-orang sombong ini .
Kristus menjawab pertanyaan tersebut dan mengelakkan diri dari perangkap itu dengan menyinggung kesepakatan nasional yang telah mereka buat dengan pemerintah Romawi, supaya dengan demikian mereka tidak bisa berbantah lagi mengenai masalah ini. Walaupundengan mulut mereka menunjukkan kasih mereka kepada-Nya, Ia sungguh tahu kemunafikan mereka dan kebencian yang ada dalam hati mereka terhadap Dia. Kemunafikan itu, sekalipun dilakukan dengan sangat licin, tetap saja tidak dapat disembunyikan dari Tuhan Yesus. Ia dapat melihat retakan tembikar walaupun diselubungi dengan lapisan perak. Ia tahu mereka bermaksud untuk menjerat Dia, dan karena itu Ia memperumit masalahnya untuk menjerat mereka dengan perkataan mereka itu sendiri, untuk memaksa mereka melakukan apa yang tidak ingin mereka lakukan, yaitu membayar pajak secara jujur dan dengan tidak mengeluh-ngeluh. Dengan cara ini pula Yesus melindungi diri-Nya dari maksud jahat mereka untuk menuduh Dia. Ia membuat mereka menyadari bahwa uang yang sekarang digunakan dalam bangsa mereka adalah uang Romawi, mempunyai gambar Kaisar pada salah satu sisinya dan tulisan Kaisar pada sisi yang lain; dan oleh karena itu:
Kaisar dapat menggunakan uang tersebut bagi kepentingan rakyat, karena ia mengawasi dan mengatur negara itu, tempat ia memiliki tanggung jawab; Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar. Uang itu mulai beredar dari Kaisar yang menjadi sumbernya, dan karena itu harus kembali lagi kepadanya. Selama uang itu menjadi miliknya, selama itu pula uang itu harus dikembalikan kepadanya; dan sejauh mana itu menjadi miliknya dan dikuasai olehnya, ditentukan menurut peraturan dan perundang-undangan pemerintah, yang juga mencantumkan wewenang penguasa atau kaisar dan hak warga negara.
Kaisar tidak bisa menguasai hati nurani mereka atau berusaha melakukannya; ia bersedia untuk tidak mengubah agama mereka. "Karena itu, bayarlah pajakmu, tanpa mengeluh atau berbantah, tetapi di samping itu, janganlah kamu lupa untuk memberikan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada-Nya." Mungkin Yesus sedang mengacu kepada perumpamaan yang baru saja Ia ceritakan, yang di dalamnya Ia mengecam mereka karena tidak mengembalikan hasil buah kepada Tuan pemilik kebun anggur . Tampaknya, banyak orang yang tidak mau memberikan kepada manusia apa yang wajib mereka berikannya, mereka ini juga tidak akan peduli untuk memberikan kemuliaan kepada Allah karena nama-Nya. Hati dan kasih kita kepada-Nya merupakan pemberian wajib kita kepada Allah, sama seperti upah sewa kebun kepada Sang Pemilik kebun anggur itu atau pajak kepada kaisar atau pemerintah.
Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah  ketika hati bebas tanpa tertekan. Di situlah damai yang sesungguhnya ada dan hadir!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar