Jumat, 14 Agustus 2015

Bacaan Injil Dan Renungan: Matius 19:13-15; Sabtu, 15 Agustus 2015

Mat 19:13
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
Mat 19:14
Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."
Mat 19:15
Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.

BIARKANLAH ANAK-ANAK DATANG PADA-KU
Ketika membaca kisah Injil yang akan kita renungkan bersama ini, saya teringat akan pengalaman saat masih Sekolah Dasar dulu dan ketika akan menerima Komuni Pertama. Kami berbaris di halaman Gereja dan kemudian menyanyikan lagu Biarkanlah anak-anak datang pada-Ku sambil berarak masuk ke dalam Gereja dan disambut Imam pemimpin perayaan. Saat itu yang terasa dalam hati adalah suka cita dan kerinduan yang begitu mendalam karena sebentar lagi akan menerima Yesus dalam hati. Kira-kira seperti ini syair lagunya, pada suatu hari anak-anak datang pada Yesus, para murid mengusirnya tetapi Yesus berkata, biarkanlah anak-anak, biarkanlah anak-anak datang pada-Ku datang padamu, mereka sahabat-Ku.  Selalu ada perasaan haru yang menyelimuti diri, setiap kali menyanyikan lagu ini. Perasaan yang sama selalu ada terutama ketika sudah menjadi seorang Imam dan hendak memberi komuni pertama untuk anak-anak. Saat mereka menyanyikan lagu ini, terungkap di sana kerinduan hati anak-anak untuk datang dan menyambut Yesus. Mereka begitu bergembira saat melangkahkan kaki memasuki Gereja. Saya membayangkan Yesus yang sementara tersenyum dan membuka kedua tangan-Nya dan menyambut kedatangan anak-anak.  Atau  juga dalam perayaan ekaristi dan anak-anak berbaris untuk menerima berkat dari Imam. Tetapi kadang saya merasa miris ketika merayakan ekaristi dan saat pemberkatan anak-anak, yang maju untuk mengantar anak-anak adalah baby sister atau pengasuh anak sedangkan orang tuanya cuma duduk di tempat duduk.
Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga tentunya merupakan sebuah berkat yang tak terhingga, sebuah hadiah istimewa bagi pasangan suami istri. Maka berkat tersebut, hadiah istimewa tersebut perlu dijaga, dididik dan dihantar untuk mengenal dan mencintai Sang Pemberi berkat atau hadiah istimewa tersebut.  Itulah bentuk syukur, bentuk iman yang diperlihatkan oleh orang tua dan juga oleh mereka yang membawa anak-anak kecil itu kepada Yesus seperti yang kita baca dalam Injil hari ini.
Mereka menunjukkan rasa hormat terhadap Kristus, dan penghargaan mereka terhadap karunia dan berkat-Nya. Mereka yang mengagungkan Kristus dengan datang kepada-Nya secara pribadi hendaknya juga mengagungkan-Nya lebih jauh lagi dengan membawa serta semua yang mereka miliki atau yang berada di bawah pemeliharaan mereka ke hadapan-Nya. Dengan cara ini, kita menghormati kekayaan anugerah-Nya yang tidak terduga itu, dan kepenuhan-Nya yang berlimpah dan tidak pernah gagal. Kita tidak dapat menghormati Kristus dengan lebih baik, kecuali dengan mengambil manfaat dari-Nya.
Mereka melakukan hal yang baik kepada anak-anak mereka, tanpa meragukan bahwa anak-anak tersebut akan lebih berhasil, baik dalam dunia ini maupun dalam dunia yang akan datang, melalui berkat dan doa dari Tuhan Yesus. Mereka memandang Dia sebagai seorang pribadi yang luar biasa, sebagai seorang nabi, jika bukan sebagai seorang imam dan raja, dan berkat dari orang yang demikian memang sangat dihargai dan dicari-cari. Orang-orang lain biasanya membawa anak-anak mereka kepada Kristus untuk disembuhkan ketika mereka sakit, namun dalam hal ini anak-anak ini tidak dalam keadaan sakit apa pun. Orang-orang yang membawa mereka hanya ingin agar mereka mendapat berkat. Perhatikanlah, adalah hal yang baik jika kita datang secara pribadi kepada Kristus dan membawa serta anak-anak kita kepada-Nya, sebelum kita dihalau dengan terpaksa (seperti yang kita biasa katakan) untuk menemui-Nya oleh karena malapetaka. Kita harus mengunjungi-Nya bukan saja ketika kita sedang susah, namun hendaknya kita datang ke hadapan-Nya karena merasa bergantung pada-Nya, dan untuk mengharapkan kebaikan-kebaikan dari-Nya. Hal ini sangat menyenangkan hati-Nya.
Mereka ingin supaya Ia bersedia meletakkan tangan-Nya ke atas anak-anak tersebut dan mendoakan mereka.  Anak-anak kecil dapat dibawa kepada Kristus karena mereka membutuhkan dan mampu menerima berkat dari-Nya, dan mereka juga berkepentingan dalam pengantaraan yang dilakukan-Nya. Inilah sebabnya mengapa mereka seharusnya dibawa ke hadapan-Nya. Kita tidak dapat melakukan apa yang lebih baik bagi anak-anak kita selain daripada menyerahkan mereka ke dalam tangan Tuhan Yesus untuk ditempa dan didoakan oleh-Nya. Tidak ada hal lain yang dapat kita lakukan selain daripada memohonkan berkat bagi mereka, karena hanya Kristus sendiri yang mampu mengaruniakannya.
Kesalahan murid-murid-Nya yang menghardik mereka. Mereka mencibir tindakan orang-orang tersebut sebagai hal yang sia-sia dan tidak berdasar, dan menegur mereka sebagai tidak sopan dan menyusahkan saja. Mereka beranggapan bahwa Guru mereka terlalu agung untuk memperhatikan anak-anak kecil, kecuali ada sesuatu yang membuat mereka sakit. Mungkin juga mereka berpikir bahwa Ia sudah mencurahkan tenaga-Nya untuk pekerjaan-pekerjaan-Nya yang lain, dan tidak ingin perhatian-Nya terpecah oleh karena hal ini. Atau, mereka berpikir bahwa jika tindakan seperti ini diberi hati, maka seluruh penduduk negeri akan membawa anak-anak mereka kepada-Nya, dan ini tidak akan ada habis-habisnya.
InilahKebaikan hati Yesus, Tuhan kita.  Ia menghardik murid-murid-Nya Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku. Kemudian Ia menunjukkan letak kesalahan yang mereka perbuat, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga. Yesus menganggap jahat orang-orang yang menghalang-halangi mereka dan mengusir mereka yang telah diterima-Nya itu. Orang-orang yang bertindak demikian berarti melemparkan anak-anak itu keluar dari pewarisan yang akan dikaruniakan Tuhan.  Ia menerima anak-anak itu, dan bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki para orangtua dari-Nya. Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka, yang artinya, Ia memberkati mereka. Orang percaya yang paling kuat sekalipun tidak hidup dengan mengaku bahwa dia telah mengerti Kristus dengan sempurna seperti Kristus telah memahaminya dengan sempurna ia juga tidak begitu mengenal Allah sebagaimana Allah begitu mengenal dia. Hal inilah yang paling tidak mampu dilakukan oleh seorang anak kecil. Walaupun mereka tidak mampu mengulurkan tangan mereka untuk menggapai Kristus, Ia dapat meletakkan tangan-Nya ke atas mereka, sehingga menjadikan dan mengakui mereka sebagai milik-Nya sendiri.
Pada titik tertentu, peran Yesus bisa juga menjadi peran orang tua. Orang tua bisa menunjukkan peran Yesus yang lemah lembut, penuh kasih pada anak-anak, yang bergembira bersama anak-anak. Orang tua tidak perlu menjadi “singa” bagi anak-anak sehingga anak-anak begitu takut bila mendekati orang tuanya, tidak nyaman dengan orang tuanya. Anak-anak juga bukan menjadi objek penderita dari luapan emosi orang tua, sasaran kekesalan dan kejengkelan orang tua. Orang tua perlu merasa “ada yang hilang”, bila anak  mulai menjauh dari Gereja dan lebih sibuk dengan hal-hal yang lain. Biarkan anak-anak merasa damai dan nyaman bila ada di dekat orang tuanya.

Biarkanlah anak-anak datang pada-Ku, AKU rindu meletakkan tangan-Ku atas mereka, mereka adalah sahabat-KU, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar