Mat 19:13
|
Lalu orang
membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas
mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang
itu.
|
Mat 19:14
|
Tetapi
Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi
mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya
Kerajaan Sorga."
|
Mat 19:15
|
Lalu Ia
meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.
|
BIARKANLAH
ANAK-ANAK DATANG PADA-KU
Ketika membaca kisah
Injil yang akan kita renungkan bersama ini, saya teringat akan pengalaman saat
masih Sekolah Dasar dulu dan ketika akan menerima Komuni Pertama. Kami berbaris
di halaman Gereja dan kemudian menyanyikan lagu Biarkanlah anak-anak datang pada-Ku sambil berarak masuk ke dalam
Gereja dan disambut Imam pemimpin perayaan. Saat itu yang terasa dalam hati
adalah suka cita dan kerinduan yang begitu mendalam karena sebentar lagi akan
menerima Yesus dalam hati. Kira-kira seperti ini syair lagunya, pada suatu hari anak-anak datang pada Yesus,
para murid mengusirnya tetapi Yesus berkata, biarkanlah anak-anak, biarkanlah
anak-anak datang pada-Ku datang padamu, mereka sahabat-Ku. Selalu ada perasaan haru yang menyelimuti
diri, setiap kali menyanyikan lagu ini. Perasaan yang sama selalu ada terutama
ketika sudah menjadi seorang Imam dan hendak memberi komuni pertama untuk
anak-anak. Saat mereka menyanyikan lagu ini, terungkap di sana kerinduan hati
anak-anak untuk datang dan menyambut Yesus. Mereka begitu bergembira saat
melangkahkan kaki memasuki Gereja. Saya membayangkan Yesus yang sementara
tersenyum dan membuka kedua tangan-Nya dan menyambut kedatangan anak-anak. Atau
juga dalam perayaan ekaristi dan anak-anak berbaris untuk menerima
berkat dari Imam. Tetapi kadang saya merasa miris ketika merayakan ekaristi dan
saat pemberkatan anak-anak, yang maju untuk mengantar anak-anak adalah baby
sister atau pengasuh anak sedangkan orang tuanya cuma duduk di tempat duduk.
Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga
tentunya merupakan sebuah berkat yang tak terhingga, sebuah hadiah istimewa
bagi pasangan suami istri. Maka berkat tersebut, hadiah istimewa tersebut perlu
dijaga, dididik dan dihantar untuk mengenal dan mencintai Sang Pemberi berkat
atau hadiah istimewa tersebut. Itulah bentuk syukur, bentuk iman yang diperlihatkan oleh orang tua dan juga oleh mereka
yang membawa anak-anak kecil itu kepada Yesus seperti yang kita baca dalam
Injil hari ini.
Mereka menunjukkan rasa
hormat terhadap Kristus, dan penghargaan mereka terhadap karunia dan
berkat-Nya. Mereka yang mengagungkan Kristus dengan datang kepada-Nya secara
pribadi hendaknya juga mengagungkan-Nya lebih jauh lagi dengan membawa serta
semua yang mereka miliki atau yang berada di bawah pemeliharaan mereka ke
hadapan-Nya. Dengan cara ini, kita menghormati kekayaan anugerah-Nya yang tidak
terduga itu, dan kepenuhan-Nya yang berlimpah dan tidak pernah gagal. Kita
tidak dapat menghormati Kristus dengan lebih baik, kecuali dengan mengambil
manfaat dari-Nya.
Mereka melakukan hal yang
baik kepada anak-anak mereka, tanpa meragukan bahwa anak-anak tersebut akan
lebih berhasil, baik dalam dunia ini maupun dalam dunia yang akan datang,
melalui berkat dan doa dari Tuhan Yesus. Mereka memandang Dia sebagai seorang pribadi
yang luar biasa, sebagai seorang nabi, jika bukan sebagai seorang imam dan
raja, dan berkat dari orang yang demikian memang sangat dihargai dan
dicari-cari. Orang-orang lain biasanya membawa anak-anak mereka kepada Kristus
untuk disembuhkan ketika mereka sakit, namun dalam hal ini anak-anak ini tidak
dalam keadaan sakit apa pun. Orang-orang yang membawa mereka hanya ingin agar
mereka mendapat berkat. Perhatikanlah, adalah hal yang baik jika kita datang
secara pribadi kepada Kristus dan membawa serta anak-anak kita kepada-Nya,
sebelum kita dihalau dengan terpaksa (seperti yang kita biasa katakan) untuk
menemui-Nya oleh karena malapetaka. Kita harus mengunjungi-Nya bukan saja
ketika kita sedang susah, namun hendaknya kita datang ke hadapan-Nya karena merasa
bergantung pada-Nya, dan untuk mengharapkan kebaikan-kebaikan dari-Nya. Hal ini
sangat menyenangkan hati-Nya.
Mereka ingin supaya Ia
bersedia meletakkan tangan-Nya ke atas anak-anak tersebut dan mendoakan
mereka. Anak-anak kecil dapat dibawa
kepada Kristus karena mereka membutuhkan dan mampu menerima berkat dari-Nya,
dan mereka juga berkepentingan dalam pengantaraan yang dilakukan-Nya. Inilah
sebabnya mengapa mereka seharusnya dibawa ke hadapan-Nya. Kita tidak dapat
melakukan apa yang lebih baik bagi anak-anak kita selain daripada menyerahkan
mereka ke dalam tangan Tuhan Yesus untuk ditempa dan didoakan oleh-Nya. Tidak
ada hal lain yang dapat kita lakukan selain daripada memohonkan berkat bagi
mereka, karena hanya Kristus sendiri yang mampu mengaruniakannya.
Kesalahan murid-murid-Nya
yang menghardik mereka. Mereka mencibir tindakan orang-orang tersebut sebagai
hal yang sia-sia dan tidak berdasar, dan menegur mereka sebagai tidak sopan dan
menyusahkan saja. Mereka beranggapan bahwa Guru mereka terlalu agung untuk
memperhatikan anak-anak kecil, kecuali ada sesuatu yang membuat mereka sakit.
Mungkin juga mereka berpikir bahwa Ia sudah mencurahkan tenaga-Nya untuk
pekerjaan-pekerjaan-Nya yang lain, dan tidak ingin perhatian-Nya terpecah oleh
karena hal ini. Atau, mereka berpikir bahwa jika tindakan seperti ini diberi
hati, maka seluruh penduduk negeri akan membawa anak-anak mereka kepada-Nya,
dan ini tidak akan ada habis-habisnya.
InilahKebaikan hati Yesus,
Tuhan kita. Ia menghardik
murid-murid-Nya Biarkanlah anak-anak
itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku. Kemudian Ia
menunjukkan letak kesalahan yang mereka perbuat, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.
Yesus menganggap jahat orang-orang yang menghalang-halangi mereka dan mengusir
mereka yang telah diterima-Nya itu. Orang-orang yang bertindak demikian berarti
melemparkan anak-anak itu keluar dari pewarisan yang akan dikaruniakan Tuhan. Ia menerima anak-anak itu, dan bertindak sesuai dengan apa yang
dikehendaki para orangtua dari-Nya. Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka,
yang artinya, Ia memberkati mereka. Orang percaya yang paling kuat
sekalipun tidak hidup dengan mengaku bahwa dia telah mengerti Kristus dengan
sempurna seperti Kristus telah memahaminya dengan sempurna ia juga tidak begitu
mengenal Allah sebagaimana Allah begitu mengenal dia. Hal inilah yang paling
tidak mampu dilakukan oleh seorang anak kecil. Walaupun mereka tidak mampu
mengulurkan tangan mereka untuk menggapai Kristus, Ia dapat meletakkan tangan-Nya
ke atas mereka, sehingga menjadikan dan mengakui mereka sebagai milik-Nya
sendiri.
Pada titik
tertentu, peran Yesus bisa juga menjadi peran orang tua. Orang tua bisa
menunjukkan peran Yesus yang lemah lembut, penuh kasih pada anak-anak, yang
bergembira bersama anak-anak. Orang tua tidak perlu menjadi “singa” bagi
anak-anak sehingga anak-anak begitu takut bila mendekati orang tuanya, tidak
nyaman dengan orang tuanya. Anak-anak juga bukan menjadi objek penderita dari
luapan emosi orang tua, sasaran kekesalan dan kejengkelan orang tua. Orang tua
perlu merasa “ada yang hilang”, bila anak
mulai menjauh dari Gereja dan lebih sibuk dengan hal-hal yang lain.
Biarkan anak-anak merasa damai dan nyaman bila ada di dekat orang tuanya.
Biarkanlah
anak-anak datang pada-Ku, AKU rindu meletakkan tangan-Ku atas mereka, mereka
adalah sahabat-KU, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar