Sabtu, 08 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: YOHANES 6:41-51; MINGGU BIASA XIX, MINGGU, 9 AGUSTUS 2015

Yoh 6:41Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
Yoh 6:42Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
Yoh 6:43Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut.
Yoh 6:44Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
Yoh 6:45Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
Yoh 6:46Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.
Yoh 6:47Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Yoh 6:48Akulah roti hidup.
Yoh 6:49Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
Yoh 6:50Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
Yoh 6:51Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

BANGUNLAH, MAKANLAH! SEBAB KALAU TIDAK, PERJALANANMU NANTI TERLALU JAUH BAGIMU


Kutipan kalimat tadi saya ambil dari bacaan pertama hari ini yang mengisahkan tentang Elia yang dalam keletihannya menjadi putus asa karena tidak lagi memiliki kekuatan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke gunung Tuhan. Tetapi ketika malaikat Tuhan menyentuhnya dan menyuruh dia untuk bangun dan makan maka ia menjadi kuat untuk melanjutkan perjalanan menuju ke gunung Tuhan selama 40 hari 40 malam. Hidup manusia sering digambarkan ibaratnya sebuah perjalanan. dan dalam perjalanan itu manusia membutuhkan bukan saja makanan jasmani tetapi juga makanan rohani bagi jiwanya agar ia kuat dalam melangkahkan kaki hingga akhirnya boleh tiba di titik akhir yaitu Rumah Bapa itu sendiri. Tentu bahwa dalam perjalanan itu, ada rasa putus asa yang mendera seperti yang dialami oleh Elia, ada beban-beban yang memberatkan langkah kaki, yang menyebabkan perjalanan itu terasa memberatkan. Apa yang harus dilakukan pada saat-saat seperti itu, atau pun agar dalam melangkah, kaki kita begitu ringan? Bangunlah, makanlah sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu. ”Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.” “ambillah dan minumlah inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru yang ditumpahkan bagimu.

Roti Hidup adalah sumber kekuatan bagi perjalanan kita. "Akulah roti hidup yang turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia". Kita yang percaya kepada Yesus Kristus hal itu berarti setiap kali kita menerima komuni kudus dijanjikan untuk hidup selama-lamanya, kita dikuatkan untuk seperti Elia mampu untuk berjalan sampai ke titik akhir hidup kita. atau sebagaimana Allah memberikan Manna untuk orang Israel agar mereka bertahan dalam perjalanan menuju tanah terjanji, Allah pun menyediakan santapan rohani, agar kita dapat sampai ke Tanah Terjanji yang sesungguhnya, yaitu Surga. Santapan rohani itu adalah Tubuh dan Darah Tuhan yang kita terima setiap kali kita merayakan ekaristi kudus ini. Menerima Yesus sebagai Roti dan Hidup berarti hidup dalam keselamatan. Hidup dalam keselamatan berarti hidup berkelimpahan atau tidak kelaparan. Menerima Yesus sebagai Roti Hidup juga berarti denganNya kita akan selalu diyakinkan dan menjadi pemenang yang sanggup bertahan menghadapi serangan si Jahat Iblis dengan kegemerlapan duniawi. Tujuan si Jahat Iblis hanya satu, yakni memporak-porandakan kehidupan kita. Mencuri satu persatu berkat-berkat Allah dalam hidup manusia sehingga menimbulkan kekacauan, misalnya : rumah tangga yang tak kunjung harmonis, generasi muda jatuh dalam cengkraman Narkoba dan Penyakit sosial masyarakat lainnya, ketidakpuasan akan apa yang dimiliki, perseteruan dalam pekerjaan, perpecahan dalam masyarakat, dll.

Kini pertanyaannya adalah, seberapa besarkah kerinduan kita untuk menerima Kristus Sang Roti Hidup itu? Apakah kita telah melakukan persiapan batin yang memadai untuk menyambut Dia? Apakah kita mau meluangkan waktu untuk sedapat mungkin menyambut Dia dalam Ekaristi setiap hari? Sudahkah kita sungguh bersyukur setiap kali menyambut Ekaristi? Atau apakah kita malah disibukkan oleh pikiran kita sendiri? Mari kita menilik ke dalam hati kita, bagaimana sikap batin kita saat menerima Kristus dalam Komuni kudus? Sebab mungkin saja pikiran kita tertuju kepada-Nya, namun dengan begitu mudahnya, perhatian kita terpecah untuk suatu hal yang sepele. Contohnya, ketika lagi mengikuti ekaristi pikiran kita justru tertuju pada hal lain, waduh cewek itu kok cantik tenan, anak sopo iki! sebentar setelah perayaan ekaristi ini mampir makan di mana ya? oh ada warung bebek goreng yang baru dibuka, pasti enak tuh.... atau ada pikiran lain yang muncul: waduh ciloko jemuran belum tak masukin tadi, bisa habis digondol sama maling atau suasana hati kita sendiri yang sedang galau dan pikiran kita yang tercampur baur, sehingga tak sungguh-sungguh merasakan dan mengalami, Siapa yang kita sambut dalam rupa Hosti suci itu. Mungkin kita perlu memohon rahmat, agar apapun yang terjadi di sekitar kita dan di hati kita, kita tetap dapat memberikan penghormatan dan ucapan syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yesus yang kita sambut dalam Ekaristi. Mari kita senantiasa menguatkan jiwa kita dalam ziarah hidup kita di dunia ini dengan menerima Yesus Sang Roti hidup dalam ekaristi kudus. amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar