Selasa, 04 Agustus 2015

Bacaan Injil Dan Renungan: Matius 15:21-28, Rabu, 5 Agustus 2015

Mat 15:21
Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
Mat 15:22
Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."
Mat 15:23
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."
Mat 15:24
Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
Mat 15:25
Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."
Mat 15:26
Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Mat 15:27
Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
Mat 15:28
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.




KASIHANILAH AKU YA TUHAN....


Injil yang bersama kita renungkan bersama pada hari ini mengisahkan tentang seorang Wanita Kanaan yang memiliki kerendahan hati dalam beriman. Wanita ini datang kepada Yesus dengan membawa serta problem yang sedang dihadapinya yaitu anaknya perempuan kerasukan setan dan sangat menderita. Dia datang kepada Yesus karena dia percaya bahwa Yesus dapat menolongnya. Ia berseru kepada Yesus walaupun tampaknya segala hal dan semua orang menentangnya. Ras, latar belakang agama, gender, para murid, setan, dan sepertinya Yesus pun demikian. Ia menghadapi banyak rintangan, tetapi ia tidak menyerah. Ia tetap berseru dan mendekat ke Yesus walau yang ia dapatkan adalah penolakan. Hasilnya? Yesus menghargai iman wanita itu dan menyembuhkan anak perempuannya. Perempuan ini datang kepada Tuhan Yesus dan menyembah; semakin dihina ia justru semakin merendah di hadapan Tuhan. Dia kembali memohon belas pengasihan Tuhan. Penghinaan itu belumlah cukup, kembali Tuhan mengeluarkan suatu kalimat yang bagi dunia sangatlah menyakitkan: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Ia tidak protes atau meminta penjelasan pada Tuhan Yesus kenapa Tuhan mengatai dirinya sebagai anjing? Tidak! Bahkan dalam bagian ini, ia membenarkan pernyataan Tuhan Yesus: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.“ Sungguh sangatlah mengharukan dan luar biasa iman perempuan ini, ia menurunkan posisinya di tempat yang paling rendah, ia tidak protes bahkan ia menyamakan dirinya seperti anjing. Pada titik ini kita belajar dari perempuan Kanaan ini bagaimana harusnya kita memiliki kerendahan hati dalam beriman.

Seringkali kita mendapatkan masalah yang bertubi-tubi yang kadang membuat kita mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Tuhan ada di mana saat saya mengalami beragam penderitaan ini? Di sini iman seseorang ditantang, apakah benar bahwa ia sungguh beriman ataukah sebaliknya. Kita diundang oleh kasih-Nya untuk menghampiri Yesus dengan semangat pantang menyerah. Apabila kita senantiasa meminta, mencari, dan mengetuk, yakinlah bahwa kita akan menemukan kasih karunia dan belas kasihan saat kita memerlukannya. Berdoalah dan jangan gampang menyerah. Bergumullah sampai menang. Inilah cara beriman dengan penuh kerendahan hati. Beriman saja tidak cukup tetapi haruslah dilengkapi dengan kerendahan hati. Kasihanilah aku ya Tuhan, menandakan kerapuhan kita di hadapan Tuhan sembari kita terus mendekat kepada-Nya. Iman ini hanya timbul manakala kita mau dengan rendah hati diajar dan menerima pelajaran untuk bergantung sepenuhnya pada Ilahi. Inilah iman yang diajarkan Kristus kepada kita. Kemanusiaan harus menyatu dengan ke-Ilahian sepenuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar