Rabu, 12 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: MATIUS 18:21-19:1; KAMIS 13 AGUSTUS 2015

Mat 18:21
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
Mat 18:22
Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Mat 18:23
Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
Mat 18:24
Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
Mat 18:25
Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
Mat 18:26
Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
Mat 18:27
Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
Mat 18:28
Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
Mat 18:29
Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
Mat 18:30
Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
Mat 18:31
Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
Mat 18:32
Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
Mat 18:33
Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
Mat 18:34
Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
Mat 18:35
Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Mat 19:1
Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan.


KEKUATAN DARI SEBUAH PENGAMPUNAN
Bacaan Injil yang akan kita renungkan bersama ini mengisahkan kepada kita tentang ajaran Yesus tentang pentingnya semangat untuk mengampuni dalam hidup kita. Berbicara tentang pengampunan itu ada kaitannya dengan relasi kita dengan sesama kita. Banyak kali sebuah relasi menjadi renggang bila ada satu pihak yang tersakiti dan di lain pihak memunculkan dendam dan perasaan sakit hati. Secara manusiawi hal ini tentulah lumrah karena yang namanya tersakiti pasti menimbulkan luka. Tetapi apakah luka itu lantas akan sembuh bila tidak ada upaya untuk menyembuhkannya? obat yang paling mujarab untuk sebuah perasaan yang terluka adalah mengampuni karena dengan mengampuni maka ada damai dalam diri.
Pengampunan membutuhkan bantuan kekuatan yang besar. Tindakan pengampunan yang memungkinkan kita untuk melihat keindahan yang tersembunyi dalam keadaan yang menyakitkan. Memilih untuk “sekadar melupakan, atau “melewatkannya begitu saja” tanpa proses untuk mencapai tujuannya dapat mengarah pada tindakan sekadar menekan amarah Kita yang mungkin dapat muncul kembali dalam ledakan yang tak terkendali di kemudian hari.
Bila disakiti, khususnya bila hal itu tanpa penyebab, dapat menuntun kita pada amarah dengan rasa benar sendiri. Meskipun demikian, bila kita diperlakukan secara salah, hal itu akan membuat kita cepat lupa bahwa kita juga menyakiti orang lain pada tingkat tertentu. Mungkin tidak pada tingkatan atau cara yang sama, tetapi dalam satu dan lain hal kita benar-benar telah menimbulkan rasa sakit bagi seseorang yang kita cintai. Perlu untuk kita renungkan mengenai pengampunan yang telah Kita terima dalam hubungan Kita. ketika kita mempertimbangkan betapa besar kasih karunia tersebut, bagaimana saya diampuni sehingga saya dapat tumbuh menjadi orang yang lebih mengasihi, membuat saya menjadi sulit untuk mempertahankan kebencian terhadap seseorang yang telah menyakiti saya. Kebanyakan orang menyakiti orang lain karena mereka merasa sakit dalam hal tertentu. Pengkhianatan memiliki kekuatan untuk bersujud dalam doa bila kita membiarkan amarah mereda dalam diri kita. Sekali kita memberi kesempatan bagi dendam untuk mengambil alih tempat dalam hati kita, hal itu memiliki efek magnetik yang menarik hal-hal negatif ke arah diri kita. Tidak lama akan ada perasaan bahwa kita adalah korban kapan pun kita disakiti dalam kehidupan. Dan beratnya dendam menggerogoti kita dari kedamaian, kebahagiaan, dan kasih sayang. Sebaliknya, meditasi tentang pengampunan akan melegakan. Hal itu akan membuat Kita untuk tidak tertahan dalam penjara oleh orang yang telah menyakiti Kita, melainkan menerima secara perlahan-lahan bahwa meskipun tindakan mereka salah, Kita dapat sembuh dari rasa sakit dan beranjak maju sebagai orang yang lebih kuat dan lebih mengasihi. Itulah alasan mengapa Yesus ketika ditanya Petrus berapa kalikah harus mengampuni dan Yesus mengatakan secara terimplisit bahwa pengampunan itu hendaknya tanpa batas. Mari kita belajar mengampuni agar damai dalam hati kita tidak tergeser oleh amarah, dendam, benci dan perasaan-perasaan negatif lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar