Rabu, 05 Agustus 2015

BACAAN INJIL DAN RENUNGAN: MARKUS 9:2-10, PESTA PENAMPAKAN KEMULIAAN, KAMIS, 6 AGUSTUS 2015

Mrk 9:2
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
Mrk 9:3
dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
Mrk 9:4
Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
Mrk 9:5
Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Mrk 9:6
Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.
Mrk 9:7
Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
Mrk 9:8
Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.
Mrk 9:9
Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
Mrk 9:10
Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."



MELALUI TABOR KITA MENUJU GOLGOTA 

Dalam bacaan injil yang akan kita renungkan ini, mengisahkan tentang peristiwa transfigurasi Yesus di atas gunung Tabor. Bagi ketiga rasul, Petrus, Yakobus Dan Yohanes peristiwa Tabor adalah zona yang paling nyaman untuk mereka. Saking nyamannya sampai Petrus meminta kepada Yesus untuk mendirikan 3 kemah di atas gunung Tabor. Petrus dan teman-temannya terlena dalam zona nyaman di atas tabor dan tidak mau beranjak dari situasi itu. Yesus tidak membiarkan para murid terlalu lama merasakan kenyamanan di atas gunung Tabor. Dia mengajak mereka turun gunung. Misi Yesus harus mencapai bukit Golgota dan para murid harus terlibat pada perjuangan-Nya yang pahit. Yesus ingin mengajar para murid bahwa kenyamanan di atas Tabor tidak berarti apa-apa. Yesus sendiri rela meninggalkan zona nyaman dan masuk dalam zona yang bagi kebanyakan orang tidak nyaman yaitu mati di salib. Ajakan Yesus untuk turun gunung merupakan pelajaran yang penting bagi para murid. Ternyata para murid butuh waktu untuk dapat memahami misteri sengsara wafat dan kebangkitan Yesus yang terjadi demi keselamatan umat. Mereka belum mengerti bahwa kemuliaan Golgota lebih agung dari kemuliaan Tabor. Mereka memulai perjuangan mengikuti Yesus dengan gambaran untuk memperoleh kenyamanan. Mereka tidak siap untuk melihat tokoh tumpuan harapan mereka mati di kayu salib misi Sang Guru. Mereka harus melewati periode terguncang sebelum akhirnya dengan penuh keberanian memberi kesaksian iman sampai menyerahkan hidup mereka. Ada tabor, ada golgota. Ada kebahagiaan, pasti ada panderitaan. Kebahagiaan hanya akan menjadi berarti bila itu dicapai melalui penderitaan, melalui usaha yang keras, melalui darah dan air mata.

Apakah kita sekalian telah berani untuk meninggalkan zona nyaman, zona Tabor dalam hidup kita dan berani untuk bergerak menuju ke golgota? Mungkin kita lebih senang mencari enaknya sendiri tanpa peduli dengan situasi yang ada di sekitar kita. Seorang bapak bisa saja mencari tabor di tempat lain, dan membiarkan anak dan istri berada dalam zona yang tidak nyaman. Seorang istri bisa saja lebih asyik dengan tabor2nya yang tersebar di mall-mall dan pusat pembelajaan dan lupa memperhitungan penghasilan suaminya. Seorang anak bisa jadi lebih merasa bahwa tabornya ada pada fb, twiter, video game ketimbang pada buku pelajarannya. Masih ada banyak tabor-tabor yang lain yang ada dalam hidup kita, Yesus mengajak kita untuk turun dan berjalan bersama Dia menuju golgota. Bila kita belum sampai golgota maka kekatolikan kita hanya katolik KTP, katolik tempelan. Untuk dapat turun dari tabor-tabor hidup, untuk dapat keluar dari zona-zona nyaman hidup kita, hal pertama yang harus dibuat adalah berani untuk berubah, berani untuk mengendalikan diri dan bagi kita orang katolik adalah berani untuk melangkah menuju golgota. Dan ketika kita telah mencapai golgota maka seperti ungkapan kepala pasukan kepada Yesus “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” maka kita pun akan suatu saat nanti akan mendapat ungkapan yang sama, sungguh, orang ini adalah orang katolik yang sejati dan ia telah mengakhiri pertandingan ini dengan baik, amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar