Kawan, kuingat betul saat setelah imam tua itu memberikan
absolusi sebagai tanda pelepasan dari dosa-dosaku, ucapan terima kasih
sebanyak 5 kali terucap dari bibirku sebagai tanda betapa bahagianya
hatiku ketika mendapatkan pengampunan itu.
Sebagai
hari terakhir dari refleksi tentang dosa, suster pembimbing mengajakku
untuk mendatangi kamar pengakuan. Kumasuki kamar pengakuan itu dengan
sedikit perasaan gelisah dan tidak tenang karena dosa-dosaku. Di hadapan
imam tua itu, aku menuturkan dosa-dosaku satu persatu. "Bapa,aku
telah mencoba untuk mengampuni yang bersalah padaku tapi satu hal yang
tidak bisa hilang dari benak dan hatiku, yakni AKU TAK BISA MELUPAKAN
mereka yang menyakitku dan perbuatan-perbuatan mereka". Si imam
tua itu mendengarkanku dengan penuh seksama setiap ungkapan dosaku dan
tanpa ekspresi kebosanan Ia berkata kepadaku sambil tersenyum :"Syukur bahwa kamu belum bisa melupakan mereka yang bersalah padamu." Aku memandangnya penuh keheranan dan rupanya Ia tahu aku lagi bingung dengan kata-katanya. Ia menyambung: Ya
karena kamu masih sadar bahwa kamu adalah manusia. Ketidakmampuanmu
untuk melupakan mereka yang melukaimu, mengungkapkan sisi
kemanusiaanmu. Memangnya kamu pikir kamu itu ALLAH yang sanggup
mengampuni dan melupakan dosa-dosa umat-Nya dalam hitungan waktu? Tapi satu hal yang indah bahwa dengan tindakan mengampuni, engkau telah berlaku seperti ALLAH. Dengan keheranan lagi aku bertanya: "Bagaimana mungkin aku yang lemah ini berlaku seperti Allah? Dengan raut muka kebapaan, si imam tua itu menjawabku: "Ya anakku, engkau seperti Allah dalam tindakan mengampuni." Cinta Allah secara penuh terekspresi dalam tindakan mengampuni. Bacalah Kitab
Suci dengan cermat dan tanyakanlah, berapa kali umat Israel menyakiti
hati Yahwe dengan dosa-dosa mereka? Dosa mereka telah melukai hati-Nya,
tapi IA tetap memberikan pengampunan kepada mereka bila mereka
menyatakan pertobatan mereka dengan sungguh. Renungkanlah kata-kata
Yesus di salib dan kamu akan mengerti; "Bapa, ampunilah mereka
(ya mereka yang menyiksa dan membunuhku) karena mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat."(Luk. 23:34). Sebab bagi Allah, setiap kali kita
berdosa, itulah kesempatan bagi-Nya untuk menemukan cara
lain dalam tindakan mencintai kita lewat pengampunan. Itulah mengapa Yesus mengajak para murid-Nya untuk menjadi sempurna sama seperti Bapa yang sempurna itu. Kita
tidak bisa menjadi sempurna tapi kita berjuang menuju pada
kesempurnaan, dan itu hanya kita gapai dalam persatuan dengan DIA yang
adalah sempurna.
Dapatkah engkau
melukiskan kebahagiaan seseorang yang melakukan kesalahan /dosa berat
dan menerima pengampunan dari orang yang dilukai? Dapatkah engkau
melukiskan dengan kata-kata, kebahagiaan si anak hilang ketika ayahnya
tak pernah membencinya setelah berdosa, bahkan sebaliknya, ia berlari
dan mendapatkan, memeluk dan menciumnya bahkan mengadakan pesta besar
menyambut kedatangnnya kembali? (Luk. 15 : 11-32).
Oleh karena
itu, kita hanya bisa menjadi sempurna seperti Bapa yang adalah sumber
dan pusat kesempurnaan bila kita mampu/berani mengampuni yang bersalah
kepada kita. Mengampuni adalah tindakan penyangkalan diri dan memikul salib, tapi bukankah itulah syarat yang diminta oleh Yesus kepada para pengikut-Nya? (Luk.9 : 23-24). Dan, dalam doa yang diajarkan oleh Yesus, mengampuni orang lain adalah syarat untuk menerima pengampunan dari Allah (Mat. 6 : 9-15).
Kawan,
apa yang kurasakan saat itu, di kamar pengakuan itu? Bagaikan duduk di
hadirat Allah yang kudus. Lewat pandangan pengampunan dari si imam tua
itu, Allah memandangku dan aku memandang-Nya dalam gelora cinta yang tak
terpadamkan. Kemudian si imam tua itu berkata; Anakku, itulah
cinta Allah lewat tindakan pengampunan yang tercurah padamu hari ini.
Bersyukurlah karena DIA-lah yang mengundangmu untuk menerima rahmat
pengampunan ini. Pulanglah dalam damai Tuhan.
Kawan,
mengatakan bahwa kita tidak berdosa adalah sebuah kesombongan dan
tindakan penipuan diri, menurut Rasul Paulus. Tapi satu hal yang Allah
buat saat ini ketika Anda berdosa adalah DIA SEDANG MENANTIMU KAPAN ENGKAU KEMBALI KEPADANYA. Ingatlah, bagi Tuhan, waktu tidak penting, tapi yang DIA harapkan adalah DATANGLAH kepada-Nya maka kamu akan mendapatkan kelegaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar