BACAAN INJIL:
MATIUS 16:13-19
Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia
bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia
itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga
yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang
dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa
katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah
Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah
engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah
Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut
tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang
kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia
ini akan terlepas di sorga.
RENUNGAN
BERBAHAGIALAH ENGKAU...............
Hari ini kita merayakan Hari Raya Santo
Petrus dan Paulus, dua orang Rasul besar dalam sejarah Gereja. Petrus yang
menjadi Batu Karang bagi Gereja dan Santo Paulus Yang menjadi Rasul Para
Bangsa. Kiprah kedua Rasul besar ini tentu tak bisa disangkal bagi perkembangan
Gereja. Keduanya menjadi istimewa karena mereka telah mencapai puncak kebahagiaan
iman mereka baik semasa hidup di dunia dan hidup di akhirat. Berbicara tentang
puncak kebahagiaan iman, Santo Thomas Aquinas dalam konsepnya tentang
Eudaimonisme atau Kebahagiaan membedakan dua hal ini yaitu antara kenikmatan
dan kebahagiaan. Kenikmatan dilihat oleh Santo Thomas Aquinas sebagai sebuah
kesementaraan dan kebahagiaan dilihatnya sebagai sebuah keabadian.
kesementaraan karena dalam hitungan detik kenikmatan atau kesenangan itu akan
lenyap sedangkan kebahagiaan itu tetap melekat dan menghantar pada sebuah keabadiaan.
Selanjutnya Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa puncak dari kebahagiaan
adalah Visio Beatifica, memandang
wajah Allah dari wajah ke wajah dan berbicara dengan Allah dari hati ke hati.
Dalam injil
Matius yang kita renungkan ini ada sebuah ungkapan yang menarik untuk kita
renungkan yaitu: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus......” Simon dikatakan
berbahagia karena melalui keakraban, melalui relasinya dengan Yesus, ia
mengetahui siapa itu Yesus bagi dirinya. Pengenalan akan Yesus oleh Simon ini
dibangun dari sebuah keakraban, dari sebuah keintiman bersama Yesus. Maka
kemudian ia layak mendapat ungkapan berbahagialah.... Pada titik ini Simon
mencapai titik visio beatificanya karena
ia bukan saja membangun sebuah keakraban tetapi ia mampu untuk melihat dengan
mata imannya, siapa sosok yang ada di hadapannya. Bukan saja sosok yang ia
kenal dalam perjumpaan di Galilea, bukan saja sosok yang mengangkat dia dari
keterpurukan tetapi lebih dari itu Sosok yang ada di hadapannya adalah Mesias
Putera Allah yang Maha Tinggi, sosok Putera Allah yang menjelma menjadi
manusia.
Pertanyaan refleksi
untuk saya dan anda sekalian, sejauh mana kita membangun keakraban bersama
Yesus? Sejauh mana pengenalan kita akan sosok Yesus bagi diri kita? Dalam
berbagai cerita hidup kita, Yesus hadir dan menyatakan Diri. Hanya apakah
seperti Simon, kita mampu untuk melihatNya dengan mata iman kita? Jalan menuju
visio beatifica untuk diri kita masing-masing terpampang di depan kita bila kita
sungguh mengenal, membangun keakraban bersama Dia yang menjadi puncak
kebahagiaan iman kita. Santo Petrus dan Santo Paulus berhasil untuk membaharui
diri mereka karena keakraban mereka bersama Yesus. Mereka mencapai visio
beatifica karena bagi mereka Yesus adalah segalanya. Mari kita pun pertajam
mata iman kita dengan membangun keakraban bersama Yesus sahabat setia kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar